Page 9 - TERE LIYE
P. 9
paling akhir, hah? Bukan karena kau anak bungsu, maka
selalu yang terakhir, selalu paling terlambat." Mamak
memotong pertengkaran.
"Susah sekali memberi tahu kalian. Sudah dari kemarin
Mamak bilang berkali-kali, rombongan yang membantu
Mang Dullah menyebar benih akan datang pagi-pagi.
Mamak harus menyiapkan bekal sarapan dan makan siang
untuk mereka di ladang nanti. Bergegas Amel, kau shalat
shubuh dulu. Jamaah dengan Burlian dan Pukat. Selepas itu
bantu Kak Eli menyiapkan bekal di dapur." Mamak
mengomel-seperti biasa.
"Apa susahnya kalian bangun sejak adzan dari masjid
terdengar. Tidak perlu diteriaki. Tidak perlu membuat ribut."
Ia masih meneruskan.
Aku hendak protes, menjawab, "Kan, ini hari libur, Mak."
Tapi, demi melihat wajah serius Mamak, buru-buru menutup
mulut. Bahkan dengan memasang wajah paling polos anak
bungsu imut sedunia pun tidak akan mempan membuat
Mamak memberikan pengecualian. Aku melangkah cepat
ke luar kamar, menyusul Kak Burlian dan Kak Pukat yang
sekarang sedang bertengkar di kamar mandi, berebut siapa
duluan wudhu.
Penduduk kampung dalam siklus tahunan tertentu akan
membuka lahan. Beberapa tahun lalu, Bapak juga membuka
lahan baru di hutan yang mengelilingi perkampungan. Aku
ingat, berminggu-minggu prosesnya, mulai dari
membersihkan semak belukar, menebang pohon, lantas
dibiarkan kering terlebih dahulu, kemudian dibakar. Lahan
yang tadinya hutan berubah jadi hamparan kosong dengan
tanah hitam terbakar. Itu tanah yang subur. Kepul asap
9 | www.bacaan-indo.blogspot.com