Page 12 - TERE LIYE
P. 12

Mamak  memperbaiki  kain  tudung  kepala.  Menoleh  ke
             arahku.

             "Amel, kau bantu menyiapkan bumbu-bumbu."

             Mamak  memilih  melupakan  soal  shalat  super  cepat-
             biasanya  ini  jadi  bahan  omelan  favorit.  Kali  ini  berbeda,
             sepertinya  segera  menyelesaikan  memasak  bekal  untuk
             dibawa ke ladang Mang Dullah lebih penting.

             Satu jam berlalu dengan cepat, kami sibuk bekerja.


             Masakan  matang  tepat  waktu  ketika  rombongan  ibu-ibu
             ditemani  anak  remaja  perempuan  datang.  Mamak  dengan
             gesit  menyiapkan  bekal  sarapan  dan  makan  siang  itu  di
             dalam  bungkusan  daun  pisang,  lantas  di  masukkan  ke
             kantong-kantong plastik besar.

             "Kau  tidak  ikut  menyebar  benih,  Eli?"  Hima,  salah-satu
             teman sekelas Kak Eli, yang mengambil bekal bertanya.

             "Aku  disuruh  menjaga  rumah  oleh  Bapak."  Kak  Eli
             mengangkat bahu.

             "Wah, sayang sekali. Padahal pasti seru bermain di ladang."
             Hima menatap kasihan, menoleh kepadaku, "Kau juga pasti
             tidak ikut, Amel?"


             Aku menggeleng sebal, ya iyalah, kalau Kak Eli tidak ikut,
             apalagi aku.

             Lima menit setelah semua bekal siap diangkut, rombongan
             itu  bersama  Mamak  meninggalkan  halaman  rumah
             panggung,  di  bawah  gerimis.  Masing-masing  mengenakan
             topi  anyaman  bambu.  Aku  menatap  nelangsa.  Juga


             12 | www.bacaan-indo.blogspot.com
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17