Page 10 - TERE LIYE
P. 10
tersisa menjanjikan hasil ladang melimpah, padi tadah hujan.
Persis saat musim penghujan tiba, bibit padi disebar di atas
lahan.
Seluruh penduduk kampung datang saat musim menebar
benih, seperti pesta. Karung-karung bibit dipikul pemuda
dan lelaki dewasa. Panci berisi makanan dibawa gadis-
gadis kampung dan ibu-ibu. Beramai-ramai. Lantas tetua
kampung, biasanya Wak Yati, akan menyenandungkan
gurindam tentang rasa syukur kepada Tuhan dan 'kebaikan
alam'.
Anak-anak berlari di atas tanah hitam gosong. Orang-orang
berbaris memegang kayu panjang yang ditusukkan ke
tanah. Di belakangnya menyusul orang-orang yang
membawa mangkok berisi padi, membungkuk, benih
dimasukkan ke lubang tersebut, ditutup dengan tanah
gembur. Barisan itu mulai maju sesuai garis tali rafia dengan
kecepatan teratur, benih padi mulai disebar.
Ketika matahari mulai tinggi, seluruh penduduk yang datang
beristirahat sejenak. Panci-panci makanan dibuka, aroma
lezat makanan menguar. Dan kami, anak-anak kampung,
akan berebut mencicipi semua masakan yang dibawa. Itu
selalu jadi pesta yang menyenangkan.
Tetapi lahan baru Mang Dullah terlalu jauh dari
perkampungan. Naik turun bukit, ada di bagian hutan paling
atas. Bapak beberapa hari lalu sudah mengingatkan, kali ini,
hanya remaja yang lebih tua yang boleh ikut. Bahkan Kak
Eli-yang sebenarnya memenuhi syarat-tidak diajak, disuruh
menjaga kami. Tidak ada yang bisa protes. Jadi meski aku
dongkol tidak diajak, Kak Burlian juga marah-marah,
keputusan Bapak tetap sama. Kami seharian akan ada di
10 | www.bacaan-indo.blogspot.com