Page 15 - TERE LIYE
P. 15
Eli sibuk di dapur.
Aku tahu ke mana Kak Burlian dan Kak Pukat pergi.
Semalaman hujan, kolam belakang sekolah pasti melimpah
airnya. Itu tempat bermain perahu otok-otok yang seru.
Kebanyakan anak-anak kampung membeli perahu otok-
otok yang terbuat dari kaleng di Kota Kecamatan.
Hanya si jenius, Kak Pukat, yang membuat sendiri perahu
otok-otok-nya dengan mengambil kaleng sarden, kaleng
kopi, kaleng apa saja milik Mamak-yang kadang jadi
masalah. Kak Pukat tega menuangkan isi kaleng yang
belum habis. Menurut Kak Pukat, membuat perahu sebesar
genggaman tangan itu mudah. Hanya butuh bagian tempat
meletakkan kapas dilumuri minyak, kemudian dinyalakan.
Api akan memanaskan bagian pipa yang berfungsi seperti
knalpot, kemudian uap menyembur dari ujung knalpot
tersebut, membuat perahu bergerak di atas permukaan air
dengan mengeluarkan suara "otok-otok-otok-otok".
Itulah yang akan dilakukan Kak Pukat dan Kak Burlian,
bersama teman-teman sepantaran yang juga tidak diajak ke
kebun Mang Dullah, balapan perahu otok-otok di kolam
belakang sekolah. Setahuku, szTz, Kak Pukat tidak pernah
menang dengan perahu buatannya. Aduh, itu perahu aneh
sekali bentuknya. Masih berupa kaleng sarden atau kaleng
kopi, hanya dibelah jadi dua. Berbeda dengan perahu yang
dijual di Kota Kecamatan, tempat kapas menyalakan apinya
terlihat keren.
"Dasar dua sigung nakal." Kak Eli yang gagal mengejar dan
memaksa mereka kembali pulang, menaiki anak tangga
sambil menepis-nepis rambut dan pakaiannya yang terkena
gerimis.
15 | www.bacaan-indo.blogspot.com