Page 18 - TERE LIYE
P. 18
menjemur pakaian.
"Sudah, Kak!" Aku cepat menjawab, juga berteriak. Biar
Kak Eli berhenti menggangguku.
Matahari semakin tinggi. Asyik sekali membaca buku cerita
ini. Paman Unus tahu persis buku kesukaanku. Aku
tenggelam dalam tarian huruf, kata, dan kalimat-kalimat
dalam cerita. Bahkan, adzan shalat zuhur dari masjid
kampung tidak terdengar. Dan waktu terus melesat berlalu.
"AMEL!!" Suara Kak Eli mengagetkanku. Wajahnya merah
padam.
"Eh, ada apa, Kak?" Aku menjawab justru dengan ekspresi
tanpa dosa.
"Apa yang kau lakukan, hah?" Kak Eli sudah berdiri di
belakangku, di teras depan rumah panggung.
Aku menelan ludah, mengangkat buku, "Lagi baca, Kak."
Kan kelihatan sekali aku lagi baca, masa' Kak Eli masih
harus tanya aku lagi apa.
"Aku tahu kau sedang membaca, Pemalas." Kak Eli
mendengus.
Eh, aku bingung.
"Maksud Kakak, ini sudah pukul dua belas lebih, Amel! Apa
yang kau lakukan? Kau hanya membaca saja sejak tadi
pagi, hah? Lihat, lantai belum kau pel sama sekali. Kamar-
kamar masih berantakan semua. Sepatu sekolah belum kau
cuci." Kak Eli berseru lantang, terlihat amat jengkel.
18 | www.bacaan-indo.blogspot.com