Page 21 - TERE LIYE
P. 21

tugas  mengawasi  kalian  semua.  Ditambah  lagi  setiap  kali
             kalian  tidak  menyelesaikan  tugas,  selalu  Kak  Eli  yang
             dimarahi Mamak."

             Kak Eli terus mengomel. Wajahnya masih merah padam.

             Aku  menunduk.  Juga  masih  menangis,  meski  membantah
             semua ucapan Kak Eli dalam hati.

             "Apa susahnya nurut. Kerjakan pekerjaan kalian. Ini tinggal
             disuruh  makan  tepat  waktu,  shalat  tepat  waktu.  Apa
             susahnya,  sih,  disuruh  makan,  tinggal  makan.  Tidak  perlu
             masak  lagi.  Juga  piring-piring  bekas  makan  kalian  tidak
             perlu dicuci, itu tugas Kakak. Apa susahnya disuruh shalat,
             tinggal  shalat.  Kerjakan  tugas  kalian  dengan  baik.  Bantu
             segala  kerepotan  Kakak  dengan  itu,  tidak  perlu  dengan
             yang lain. Kau dengar, hah?"

             Aku diam.

             "Kau  dengar  tidak,  Amel?"  Tangan  Kak  Eli  terjulur,  ia
             bersiap menjewerku lagi.


             "Amel dengarkan, Kak." Aku menjawab pelan.

             "Nah,  sekarang  bergegas  masuk  ke  rumah.  Sana  makan,
             shalat."  Wajah  Kak  Eli  menggelembung  galak.  Tangannya
             terangkat, mengancam.

             Dengan amat terpaksa aku berdiri, beranjak. Menyeka pipi.
             Aku sungguh benci menjadi anak bungsu di rumah ini.

             Kalau  aku  boleh  memilih,  aku  tidak  pernah  mau  dipanggil
             'Amel', Amel', Amel'. Aku benci dibilang mentang-mentang
             anak bungsu. Dibilang mentang-mentang paling disayang.


             21 | www.bacaan-indo.blogspot.com
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26