Page 23 - TERE LIYE
P. 23
2. AKU TIDAK MAU JADI ANAK BUNGSU
Kejadian sepanjang siang di rumah ternyata menjadi
masalah besar sore harinya. Kak Pukat dan Kak Burlian
baru pulang menjelang maghrib. Ternyata mereka
membawa perahu otok-otok ke kampung tetangga,
berlomba di sana bersama teman-teman sekelas. Seru
bermain membuat mereka abai matahari telah beranjak
tumbang. Lantas lari terbirit-birit, bergegas pulang.
Sayangnya tetap saja telat.
Mereka pulang bersamaan Mamak pulang dari ladang
Mang Dullah. Maka demi melihat dua sigung itu masuk
halaman dengan pakaian kotor oleh lumpur, meletuslah
omelan Mamak-yang hanya berhenti ketika adzan maghrib
terdengar.
Tugas Kak Pukat dan Kak Burlian yang harus
memindahkan tumpukan kayu bakar ke bawah pondok kecil
belakang rumah sama sekali tidak selesai. Kayu bakar itu
kembali ditimpa hujan yang turun setelah shalat maghrib.
Kak Pukat dan Kak Burlian dihukum Mamak. Mereka tidak
menerima uang jajan selama dua minggu.
Aku masih sempat menyelesaikan pekerjaanku, jadi ketika
Mamak pulang, semua telah beres. Tapi itu sisa hari yang
amat menyebalkan. Kak Eli terus memeriksa tugasku.
Ia bahkan menungguiku saat mengepel lantai.
Rumah panggung di kampung kami terbuat dari kayu, juga
lantainya, dari papan. Mengepel lantai kayu tidak semudah
mengepel lantai biasa. Aku harus menyiapkan perasan jeruk
atau belimbing, lantas kain lap diperas sekering mungkin.
23 | www.bacaan-indo.blogspot.com