Page 73 - Buku SKI XII MA
P. 73
panjang masih terus terasa hingga berabad kemudian. Ternate memiliki andil yang
sangat besar dalam kebudayaan nusantara bagian timur khususnya Sulawesi (utara dan
pesisir timur) dan Maluku. Pengaruh itu mencakup agama, adat istiadat dan bahasa.
Kedudukan Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula mengangkat
derajat Bahasa Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai wilayah yang berada
dibawah pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow dalam tulisannya; “Bahasa Ternate
dalam konteks bahasa-bahasa Austronesia dan Non-Austronesia” mengemukakan
bahwa bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap bahasa Melayu yang
digunakan masyarakat timur Indonesia. Sebanyak 46% kosakata bahasa Melayu di
Manado diambil dari bahasa Ternate. Bahasa Melayu-Ternate ini kini digunakan luas di
Indonesia Timur terutama Sulawesi Utara, pesisir timur Sulawesi Tengah dan Selatan,
Maluku dan Papua dengan dialek yang berbeda-beda. Dua naskah Melayu tertua di
dunia adalah naskah surat sultan Ternate Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27
April dan 8 November 1521 yang saat ini masih tersimpan di museum Lisabon-
Portugal.
F. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara
Perkembangan Islam di Nusa Tenggara dimulai sejak abad XVI M dikenalkan
oleh Sultan Prapen (1605), putra Sunan Giri. Dimulai dari Lombok kemudian Islam
menyebar ke Pejanggik, Parwa, Sokong, Bayan dan tempat-tempat lainnya hingga
seluruh Lombok memeluk agama Islam. Dari Lombok juga Sunan Prapen
menyampaikan dakwahnya hingga ke Sumbawa. Di Lombok berdiri Kerajaan
Selaparang dan di bawah pemerintahan Prabu Rangkeswari, kerajaan ini mengalami
masa keemasan dan kekuasaannya mencapai seluruh Lombok. Selaparang juga
menjalin hubungan dengan beberapa kerajaan Islam seperti Demak. Kerajaan
Selaparang juga sering dikunjungi para pedagang, sehingga interaksi masyarakat
muslim semakin baik.
Pada saat VOC berusaha menguasai jalur perdagangan, Kesultanan Gowa
berusaha untuk menutup jalur perdagangan VOC ke Lombok dan Sumbawa. Kerajaan-
kerajaan di Sumbawa banyak yang masuk dalam kekuasan Kesultanan Gowa pada
sekitar tahun 1618, Bima dikuasai Gowa tahun 1633 dan Selaparang tahun 1640,
demikian juga daerah-daerah yang lain dikuasai oleh Kesultanan Gowa pada abad
XVII. Hubungan antara kesultanan Gowa dan Lombok pun dipererat dengan cara
perkawinan seperti Pemban Selaperang, Pejanggik dan Parwa.
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS XII 61