Page 95 - Buku SKI XII MA
P. 95

1936  setelah  pernikahannya,  ia  menerbitkan  majalah  Pedoman  Masyarakat.

                         Lewat  karyanya  Di  Bawah  Lindungan  Ka'bah  dan  Tenggelamnya  Kapal  Van
                         Der Wijck, nama Hamka melambung sebagai sastrawan.

                               Selama  revolusi  fisik,  Hamka  bergerilya  bersama  Barisan  Pengawal
                         Nagari dan Kota (BPNK) menyusuri hutan pengunungan di Sumatra Barat untuk

                         menggalang  persatuan  menentang  kembalinya  Belanda.  Pada  1950,  Hamka

                         membawa  keluarga  kecilnya  ke  Jakarta.  Meski  mendapat  pekerjaan  di
                         Departemen Agama, Hamka mengundurkan diri karena terjun di jalur politik.

                         Dalam  pemilihan  umum  1955,  Hamka  dicalonkan  Masyumi  sebagai  wakil
                         Muhammadiyah dan terpilih duduk di Konstituante. Ia terlibat dalam perumusan

                         kembali  dasar  negara.  Sikap  politik  Masyumi  menentang  komunisme  dan

                         gagasan  Demokrasi  Terpimpin  memengaruhi  hubungannya  dengan  Sukarno.
                         Usai  Masyumi  dibubarkan  sesuai  Dekret  Presiden  5  Juli  1959,  Hamka

                         menerbitkan  majalah  Panji  Masyarakat  yang  berumur  pendek,  dibredel  oleh
                         Sukarno  setelah  menurunkan  tulisan  Hatta  yang  telah  mengundurkan  diri

                         sebagai wakil presiden berjudul "Demokrasi Kita". Seiring meluasnya pengaruh
                         komunis,  Hamka  dan  karya-karyanya  diserang  oleh  organisasi  kebudayaan

                         Lekra.  Tuduhan  melakukan  gerakan  subversif  membuat  Hamka  diciduk  dari

                         rumahnya ke tahanan Sukabumi pada 1964. Ia merampungkan Tafsir Al-Azhar
                         dalam keadaan sakit sebagai tahanan.

                               Seiring peralihan kekuasaan ke Soeharto, Hamka dibebaskan pada Januari
                         1966. Ia mendapat ruang pemerintah, mengisi jadwal tetap ceramah di RRI dan

                         TVRI. Ia mencurahkan waktunya membangun kegiatan dakwah di Masjid Al-

                         Azhar.  Ketika  pemerintah  menjajaki  pembentukan  Majelis  Ulama  Indonesia
                         pada 1975, peserta musyawarah memilih dirinya secara aklamasi sebagai ketua.

                               Sepeninggal Hamka, pemerintah menyematkan Bintang Mahaputra Utama
                         secara  anumerta  kepada  Hamka.  Sejak  2011,  ia  ditetapkan  sebagai  Pahlawan

                         Nasional  Indonesia.  Namanya  diabadikan  untuk  perguruan  tinggi  Islam  di

                         Jakarta milik Muhammadiyah, yakni Universitas Muhammadiyah Hamka


















                                                        SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS XII    83
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100