Page 94 - Buku SKI XII MA
P. 94

oesaha2  jang  akan  membahajakan  Kemerdekaan  dan  Agama  dan  Negara
                        Indonesia teroetama terhadap fihak Belanda dan kaki tangannja.
                        Seoapaja  memerintahkan  melandjoetkan  perdjoeangan  bersifat  “sabilillah”
                        oentoek tegaknja Negara Repoeblik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.
                                                                Soerabaja, 22 Oktober 1945
                                                                NAHDLATOEL OELAMA


               B.  Peran Umat Islam Pasca Kemerdekaan

                           Dalam mengisi kemerdekaan, umat Islam berperan aktif dalam pembangunan
                     dalam berbagai bidang. Tokoh- tokoh yang berperan diantaranya:

                     1.   Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau Hamka (w. 1981 M)

                                                  Prof.  DR.  H.  Abdul  Malik  Karim  Amrullah  gelar
                                                  Datuk Indomo, populer dengan nama penanya Hamka;

                                                  lahir  di  Nagari  Sungai  Batang,  Tanjung  Raya,
                                                  Kabupaten Agam, Sumatra Barat tanggal 17 Februari

                                                  1908. Beliau meninggal di Jakarta pada umur 73 tahun.
                          https://www.kompasiana.com
                           Gambar 4.7 Buya Hamka   Beliau adalah seorang ulama dan sastrawan Indonesia.
                         Ia  berkiprah  sebagai  wartawan,  penulis, dan  pengajar.  Ia  terjun  dalam  politik

                         melalui  Masyumi  sampai  partai  tersebut  dibubarkan,  menjabat  Ketua  Majelis
                         Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah hingga akhir

                         hayatnya.  Universitas  al-Azhar  dan  Universitas  Nasional  Malaysia

                         menganugerahkannya  gelar  doktor  kehormatan,  sementara  Universitas
                         Moestopo,  Jakarta  mengukuhkan  Hamka  sebagai  guru  besar.  Namanya

                         disematkan untuk Universitas Hamka milik Muhammadiyah.
                               Hamka  remaja  meninggalkan  pendidikannya  di  Thawalib,  menempuh

                         perjalanan  ke  Jawa  dalam  usia  16  tahun.  Setelah  setahun  melewatkan
                         perantauannya,  Hamka  kembali  ke  Padang  Panjang  membesarkan

                         Muhammadiyah.  Pengalamannya  ditolak  sebagai  guru  di  sekolah  milik

                         Muhammadiyah  karena  tak  memiliki  diploma  dan  kritik  atas  kemampuannya
                         berbahasa  Arab  melecut  keinginan  Hamka  pergi  ke  Mekkah.  Dengan  bahasa

                         Arab  yang  dipelajarinya,  Hamka  mendalami  sejarah  Islam  dan  sastra  secara
                         otodidak.  Kembali  ke  Tanah  Air,  Hamka  merintis  karier  sebagai  wartawan

                         sambil  bekerja  sebagai  guru  agama  di  Deli.  Dalam  pertemuan  memenuhi

                         kerinduan ayahnya, Hamka mengukuhkan tekadnya untuk meneruskan cita-cita
                         ayahnya  dan  dirinya  sebagai  ulama  dan  sastrawan.  Kembali  ke  Medan  pada







               82   SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS XII
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99