Page 36 - Pengenalan Sel_Dita & Vazella
P. 36
Setelah Schleiden dan Schwann mengemukakan teori totipotensi,
seorang botanis dari Austria bernama Gottlieb Haberlandt
melakukan eksperimen dengan mengisolasi dan mengkulturkan sel
sejak tahun 1902. Berkat riset-risetnya, Haberlandt dikenal sebagai
Bapak Kultur Jaringan.
Beberapa dekade kemudian, pada tahun 1939, botanis asal
Prancis Roger Jean Gautheret dan Pierre Nobécourt, serta Philip
Rodney White dari Amerika Serikat, berhasil membuat kultur kalus
yang berkesinambungan. Penemuan-penemuan penting dalam
teknologi kultur jaringan dimulai sejak saat itu.
Meskipun teknologi kultur jaringan terus berkembang seiring
waktu, media yang digunakan hingga kini merupakan modifikasi dari
media yang dipakai oleh Gautheret, Nobécourt, dan White.
Tujuan utama dari teknik kultur jaringan adalah untuk
memperbanyak tanaman dengan memanfaatkan bagian vegetatif
tanaman. Dalam teknik ini, sel, protoplasma, jaringan, dan organ
tumbuhan diisolasi untuk menumbuhkan bagian yang mengandung
zat pengatur tumbuh tanaman dalam kondisi aseptik (steril).
Jadi, kultur jaringan adalah metode untuk memisahkan/mengisolasi
bagian dari tanaman, seperti sel, jaringan, atau organ, serta
membudidayakannya dalam lingkungan terkendali dan aseptik,
sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri atau
beregenerasi menjadi tanaman lengkap.
29