Page 46 - Flipbook Ernawati
P. 46
42
Ka'useng: : “Hei Kaco! Sudah lama saya mencarimu maka kita lihat siapa
yang paling jantan dan berhak memiliki si Cicci”.
Kaco : Ka'useng...! Apa maksudmu saya tidak mengerti kalau ada
masalah mari kita bicarakan secara baik-baik!
Ka'useng : “Ah... , Jangan banyak bicara mari kita bertarung”!
Ka'useng langsung menyerang dan terjadilah pertarungan (diiringi musik pencak
silat)
: “Ka'useng: rasakan kau akan menemui ajalmu”!
Ka'useng menyerang si Kaco hingga meregang nyawa
Kaco : “Ka'... U..seng...”!
(Kaco terkapar dan Ka'useng berlari pulang ke rumah dengan
berlumur darah di tangannya.
Warga berjalan dan menemukan si Kaco.
Warga 1 : “Tolong... tolong... tolong”!
Warga lainnya berdatangan dengan penuh keheranan, kaget, dan panik.
Koor Warga : “Siapa yang melakukannya”?
Warga 1 : “Saya juga tidak tahu”!
Warga 5 : “Mungkin korban penculikan”.
Warga 2 : "Ini pasti ulah provokator yang ingin membuat keadaan lebih
kacau".
warga 3 : “Ah... ini hanya pembunuhan biasa, motifnya bukan unsur
politik atau unsur sara”.
Warga 5 : “Tapi bisa saja pembunuhan ini dilakukan oleh orang-orang
yang ingin mengganggu keamanan apalagi dalam
menyongsong sidang umum MPR”.
Kaco dengan tiba-tiba terbangun warga dan Pa'bicara kaget mereka takut dan
menjauh.
Kaco : “Kalian janganlah takut dan lari mendekatlah”!
Warga saling menoleh penuh dengan keheranan lalu mendekat.
Kaco : “Keajaiban bisa terjadi untuk mengungkapkan kebenaran, yang
melakukan pembunuhan terhadap saya adalah Ka'useng anak
Puang Gamma”.(terbaring kembali dan warga saling
memandang).
Warga 1 : “Ah... Ka'useng....”?
Warga 5 : “Kalau begitu kita kejar Ka'useng mumpung dia belum
berlindung di rumah pemangku adat”.
Warga mencari Ka'useng untuk membalas pembunuhan yang telah dilakukannya.
Warga berangkat mengejar Ka'useng, Cicci meratapi kematian Kaco diiringi
dengan
Lagu : Anna Tama di buaro Bawa sau motangga Saupa'nala lindo lindo mariri
Monge-mongepa' iyau Anna tonande sayangTonande gayang diang
paulianna