Page 47 - Flipbook Ernawati
P. 47

43







                                   Mongei waru sitatta, accoppa walung mate Occong mongena tosisenga
                                   tandottong.
                         Warga  masih  tetap  mencari  Ka'useng  dengan  suasana  gaduh  menghapus
                         (mengantar)  Cicci  dan  mayat  Kaco  hilang  di  panggung  warga  dan  Ka'useng
                         bergantian muncul.
                         Warga 1          :  “Bunuh  Ka'useng  jangan  pandang  bulu  dia  telah
                                             menghilangkan nyawa seseorang”!
                         Warga 3          :  “Yaah...  Kita  harus  menghukumnya  sesuai          dengan
                                             perbuatannya, hukum adat harus kita tegakkan yang merupakan
                                             warisan leluhur kita”!
                         Ka'useng  tersungkur  di  depan  rumahnya  lalu  warga  mau  mengeroyok  untuk
                         membunuhnya tapi dicegat oleh Pa'bicara.
                         Pa'biicara       :  “Jangan-jangan saudara-saudara jangan kita melampaui batas
                                             kau sayang sudah sampai di depan pemangku adat, hukum adat
                                             kita  mengatakan  bila  si  pelaku  sudah  sempat  menyaksikan
                                             bubungan  rumah  pemangku  adat  itu  berarti  sudah  mendapat
                                             perlindungan dan sudah terbebas dari hukum adat. Barang siapa
                                             yang melanggarnya atau tidak mengindahkannya berarti telah
                                             melanggar hukum dan harus mendapat sanksi”.
                         Warga mengurungkan amarahnya dan membatalkan maksudnya untuk membunuh
                         Ka'useng. Dalam keadaan tersungkur Ka’useng ditopang oleh ibunya
                         Puang Cazdia     :  “Ka'useng  anakku  apa  yang  terjadi?  Di  tanganmu  keris
                                             berlumur darah (dengan penuh rasa cemas).
                         Ka'useng         :  “Aku terbawa emosi dan tak sadar melakukannya”.
                         Puang Cazdia     :  “Apakah engkau telah membunuh”?
                         Ka'useng mengangguk dan ibunya semakin cemas.
                         Puang Cazdia     :  “Ka'useng... KA'ueng! Puang... Puang… ”!
                         Puang Gamma datang dengan tergopoh-gopoh.
                         Puang Gamma      :  ”Ada  apa  memanggil-manggil  seperti  itu  haah?  Orang  lagi
                                             istirahat diganggu”!
                         Puang Cazdia     :  “Lihat  itu...!  Anak  kita  telah  jadi  pembunuh  dia  telah
                                             mencoreng  arang  di  muka  kita.  (sambil  menunjuk  anaknya
                                             mendekati Puang Gamma).
                         Puang Gamma      :  “Engkau  telah  membunuh  kauseng,  (mendekati  Ka’useng)
                                             kenapa  engkau  lakukan  itu?  Untung  engkau  bisa  selamat
                                             sampai disini”
                         Ka'useng         :  “Tolong selamatkan aku Puang”! (Bersimpuh di kaki ayahnya)
                         Puang Gamma      :  “Engkau  telah  terselamatkan  oleh  hukum  adat  jadi  tak  perlu
                                             engkau  takut.  (Puang  Gamma  menghadap  kepada  warga)
                                             kalian  pulanglah  persoalan  selanjutnya  akan  ditangani  oleh
                                             pemangku adat”.
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52