Page 77 - Projek Buku B5
P. 77
Laras : “Mungkin di kampung ini ada rahasia yang cuma bisa
dipahami kalau kita benar-benar mendengarkan.”
Raka : (melihat dedaunan tertiup angin) “Tadi angin kencang
banget. Daun-daun seperti jatuh ke dada.”
Diah : (tertawa) “Kamu baper angin sekarang?”
Raka : “Serius. Angin itu seperti membawa kenangan lama.”
Aji : “Kadang angin di kampung memang beda. Bawa suara ibu
manggil makan. Bawa suara bapak yang lagi kerja di
sawah.”
Laras : “Dan suara musim. Musim yang datang sendiri, tanpa tanya
kita siap atau belum.”
Raka : (merenung) “Menurut kalian, apa yang kita simpan dalam
hati saat di kampung ini?”
DIah : “Mungkin harapan. Karena anak-anak yang lahir di
kampung ini selalu bawa mimpi besar.”
Aji : “Langit memang tinggi, tapi akar kita tetap di sini. Di tanah
ini.”
Laras : “Lihat padi. Dia tumbuh tinggi, tapi tetap menunduk. Itu
artinya rendah hati.”
Raka : “Padi itu tumbuh berdekatan, tapi tetap punya ruang
sendiri.”
Diah : (tertawa) “Wah, kamu galau ya?”
Aji : “Itu filosofi petani. Tumbuh bersama, tapi tetap punya
ruang masing-masing.”
Laras : “Dan mereka selalu ingat untuk menunduk saat waktunya
tiba. Itu pelajaran besar buat kita.”
72