Page 87 - Projek Buku B5
P. 87

(Tiba-tiba, seorang kakek tua berjubah muncul dari balik semak-semak,
           mengamati Ki Rangga Gading.)

           Kakek Tua         (Tenang  dan  bijak)  "Anak  muda,  untuk  apa  kau
           Sakti             menggunakan  kesaktianmu  demi  kejahatan?  Apa  yang
                             sebenarnya kau cari?"


           Ki    Rangga :    (Masih  sombong)  "Siapa  kau?  Aku  bisa  melakukan  apa
           Gading            saja yang kuinginkan! Aku tak terkalahkan!"


           Kakek     Tua :   (Tersenyum       lembut)     "Kesaktian     bukan      untuk
           Sakti             disalahgunakan.  Kau  akan  belajar  bahwa  setiap
                             tindakan memiliki akibat."

           (Tiba-tiba  tubuh  Ki  Rangga  Gading  lumpuh,  ia  jatuh  dan  mengerang
           kesakitan.)


           Ki    Rangga :    (Tertegun  dan  panik)  "Apa  ini?!  Tubuhku…  aku  tak  bisa
           Gading            bergerak"

           Kakek     Tua :   (Lembut namun tegas) "Inilah akibat dari kesombongan
           Sakti             dan    penyalahgunaan       kekuatan.     Tapi   aku    akan
                             memberimu  kesempatan  kedua,  jika  kau  sungguh-
                             sungguh ingin berubah."


           Ki    Rangga :    (Menyesal  dan  tulus)  "Ampuni  aku,  Guru.  Aku  berjanji
           Gading            akan memperbaiki diri dan belajar menjadi lebih baik."

           (Ki Rangga Gading duduk bersimpuh. Ia mulai belajar ilmu kesaktian dan
           akhlak  baik  dari  sang  kakek.  Waktu  berlalu.  Sang  kakek  wafat  dalam
           damai.)

           Santri 1       :  "Siapa  sangka,  guru  kita  ini  dulunya  seorang  pencuri.
                             Kini beliau menjadi sosok panutan."

           Santri 2       :  "Ia  mengajarkan  bahwa  kesaktian  tanpa  akhlak  hanya
                             membawa kehancuran."


           (Tiba-tiba  terjadi  gempa  dahsyat.  Pesantren  runtuh  dan  seluruh  santri
           berubah  menjadi  kodok.  Tempat  itu  kemudian  dikenal  dengan  nama
           Bangkongrarang.)








                                                 81
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92