Page 27 - Tiga ksatria dari Dagho
P. 27

“Apakah  aku  sedang  bermimpi?  Rasanya  kemarin
            danau ini belum ada di hadapanku,” bisik hati Gumansalangi.
            Kemudian, ia mencubit tangannya, terasa sakit.

                    “Ah, ternyata aku tidak sedang bermimpi. Ini suatu
            kenyataan. Mungkinkah kemarin karena ketakutan, danau

            itu tidak terlihat oleh mataku. Aku merasa haus sekarang.
            Baiklah, aku harus minum,” bisik hatinya sambil kakinya
            mencoba melangkah lebih ke tengah. Dengan tangannya,
            ia  menciduk  air  danau  itu  dan  meminumnya  sepuas
            hatinya.

                    “Ah,  rasanya segar air danau  ini.  Siapa  yang

            menciptakan danau seindah ini?” bisik hatinya lagi.

                    “Indah  sekali  danau  ini,”  bisik  hati  Gumansalangi
            sambil matanya tak bosan-bosannya menatap keindahan
            danau  itu.  Namun,  rasa waswas dan  ketakutannya
            belumlah hilang. Ia masih terus mengawasi ke kanan dan

            ke kiri.

                    “Pencipta danau  ini  pastilah  hebat.  Aku  tidak
            mungkin sanggup menciptakan danau seindah ini.”

                    “Selama ini aku sudah takabur. Aku merasa menjadi
            orang  yang  paling  hebat.  Ternyata aku  belum  ada  apa-
            apanya  jika  dibandingkan  dengan  Sang  Pencipta  danau
            ini,” bisik hati Gumansalangi.








                                         20
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32