Page 55 - Tiga ksatria dari Dagho
P. 55

“Hai, Buaya, mengapa kamu belum juga kembali ke
            sungai?” tanya orang pandai itu.

                    “Saya akan kembali ke sungai jika sudah ada seorang
            kesatria yang dapat mematahkan taringku,” jawab buaya
            itu menantang.

                    Setelah mendengar jawaban buaya itu, masyarakat

            Kotabaru  lalu  menunggu-nunggu  siapa  yang berani
            menaklukkan  buaya  itu.  Kemudian,  ada  seorang  warga
            yang mengetahui bahwa di Maode ada seorang kesatria
            yang  bernama  Ampuang  Pertama. Maka,  dijemputlah

            Ampuang Pertama di Maode.

                    Akhirnya, terjadilah perkelahian yang sengit antara
            buaya besar dengan  Ampuang  Pertama. Mereka saling
            menyerang.  Perkelahian  berlangsung  sengit.  Setelah
            perkelahian  itu berjalan kira-kira  dua  jam,  buaya itu
            akhirnya menyerah. Taringnya yang sebelah kanan patah

            oleh tendangan Ampuang Pertama.

                    Setelah mengakui  kekalahannya,  buaya  itu
            memuntahkan  kalung  dan  gelang  sebagai  pemberian
            kepada Ampuang Pertama.

                    Masyarakat Kotabaru  akhirnya  tahu  bahwa

            Ampuang Pertama keluar dari sebutir telur besar. Menurut
            penuturan  orang  pandai,  telur yang  menjelma  menjadi
            kesatria itu adalah telur buaya tadi. Buaya itu tidak lain
            adalah Niabai, wanita yang pernah ditawan oleh raksasa




                                         48
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60