Page 28 - Misteri Banteng Wulung
P. 28
“Tidak, Baginda. Silakan Baginda yang memulainya,”
jawab Patih Jaya Santana dengan lembut dan sopan. Namun,
ia pun sudah mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Meskipun
terasa agak segan, Patih Jaya Santana membulatkan tekad
untuk memenangi pertandingan ilmu kesaktian itu.
Tanpa banyak bicara lagi, Baginda Kalaboja segera
mengayunkan pukulan tangan kanannya. Sungguh dahsyat
yang terjadi, pukulan dengan aji kesaktian itu menimbulkan
suara bergemuruh. Apalagi pukulan itu dilakukan oleh
raksasa seperti Baginda Kalaboja. Tidak dapat dibayangkan
seperti apa tubuh manusia yang terhantam oleh pukulan
dahsyat tersebut. Tentu akan remuk redam tiada berbentuk.
Patih Jaya Santana yang mengetahui datangnya
bahaya, tidak ingin menjadi korban pukulan maut. Ia pun
merendahkan tubuh serendah-rendahnya. Angin besar
menerjang di atas tubuh Patih Jaya Santana. Seandainya
orang biasa, tentu sudah ikut terbang melayang terbawa
angin gemuruh tersebut.
Dalam posisi tubuh yang rendah hampir menyentuh
tanah, Patih Jaya Santana menyerang kaki Baginda Kalaboja.
Pukulan tangan kanan yang tidak kalah dahsyatnya itu dapat
menghancurkan batang pohon jati besar. Kini kaki Baginda
Kalaboja dalam keadaan bahaya. Namun, dengan mudah
Baginda Kalaboja dapat mengangkat kaki kirinya untuk
menghindari serangan Patih Jaya Santana.
21