Page 12 - Si Cantik dan Mentri Hasut
P. 12
“Bila sahabatku akan segera datang, hamba lambat kembali.
Akan tetapi, kalau sahabatku tidak segera datang, hamba akan
cepat kembali.”
Jawaban gadis itu tidak dimengerti oleh Mahsyud Hak, tetapi
ia diam saja. Mahsyud Hak melanjutkan perjalanan ke arah bandar
(pelabuhan). Gadis itu juga melanjutkan perjalanannya kembali.
Mahsyud Hak berjumpa air pasang pikirnya, “Inilah yang dikatakan
oleh gadia itu.” Kakinya terus melangkah hingga tiba pada sebuah
perkampungan yang banyak rumahnya. Pada salah satu sisi rumah
itu terdapat dua jemuran jala dan dua pohon jemalaka. Melihat
hal itu, Mahsyud Hak baru menyadari maksud gadis itu dengan
dua candi terhambur dan dua tempayan. la mendatangi rumah itu.
Terlihat seorang ibu sedang duduk di pintu rumahnya.
“Mungkin itu ibundanya,” kata Mahsyud Hak sambil memberi
salam. .
“Dari mana anak muda datang kemari?” tanya orang tua itu.
“Hamba berjumpa dengan anak ibu di jalan sedang membawa
nasi. Hamba melihat sangat cocok dengan pilihan hamba. Oleh
karena. itu, hamba datang kemari hendak minta anak ibu menjadi
istri hamba,” kata Mahsyud Hak.
Mendengar lamaran derji (penjahit) tersebut, orang tua
itu terdiam. la memperhatikan Mahsyud Hak sambil berpikir,
”Bangsaku adalah orang berhuma. Kalau aku terima lamaran
derji ini, ada sedikit mulia daripada orang berbandar (nelayan)
dan berhuma. Kalau demikian, baiklah aku bermenantukan derji
(penjahit) ini.”
5