Page 21 - 1. Modul Wawasan kebangsaan dan Nilai BN
P. 21
Pada sore harinya dilaksanakan rapat kabinet yang antara lain menghasilkan
keputusan bahwa Wakil Presiden yang merangkap Menteri Pertahanan
menganjurkan dengan perantaraan radio supaya tentara dan rakyat melaksanakan
perang gerilya terhadap Belanda. Wakil Presiden membuat teks pidato itu yang tidak
perlu panjang, cukup beberapa kalimat saja dan teks itu dibacakan oleh seorang
penyiar radio. Anjuran itu yang dikenal juga sebagai “Order Harian” sebagai berikut :
“Mungkin pemerintah di Yogya terkepung dan tidak dapat melaksanakan tugas dan
kewajibannya, tetapi persiapan telah diadakan untuk meneruskan Pemerintah
Republik Indonesia di Sumatera, juga yang terjadi dengan orang-orang pemerintah di
Yogyakarta, perjuangan diteruskan”. Sebelum meninggalkan Istana Negara, Panglima
Besar Jenderal Soedirman masih sempat mengeluarkan Perintah Kilat No.1. Perintah
Kilat No.1 itu secara langsung kepada seluruh Angkatan Perang RI untuk
melaksanakan siasat yang telah ditentukan sebelumnya, yakni Perintah Siasat No.1
Panglima Besar.Bunyi Perintah Kilat No.1 Panglima Besar sebagaimana sebagai
berikut :
1. Kita telah diserang.
2. Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda menyerang
Yogyakarta dan Lapangan Terbang Maguwo.
3. Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata.
4. Semua Angkatan Perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk
menghadapi serangan Belanda.
Perintah itu dikeluarkan di tempat, artinya di Istana Negara Yogyakarta pada 19
Desember 1948 pukul 08.00 WIB.
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dibentuk, setelah Yogyakarta jatuh ke
tangan Belanda saat terjadi Agresi Militer II; Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta
ditangkap. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) adalah penyelenggara
pemerintahan Republik Indonesia periode 22 Desember 1948-13 Juli 1949, dipimpin
oleh . Mr. Syafruddin Prawiranegara yang disebut juga dengan Kabinet Darurat.
Sesaat sebelum pemimpin Indonesia saat itu, Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta
ditangkap Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, mereka sempat mengadakan
rapat dan memberikan mandat kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk
membentuk pemerintahan sementara. Tidak lama setelah ibukota RI di Yogyakarta
dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda II, mereka berulangkali menyiarkan
berita bahwa RI sudah bubar. Karena para pemimpinnya, seperti Ir. Soekarno, Drs.
Mohammad Hatta dan Syahrir sudah menyerah dan ditahan. Mendengar berita bahwa
tentara Belanda telah menduduki ibukota Yogyakarta dan menangkap sebagian besar
20