Page 8 - 1. Modul Wawasan kebangsaan dan Nilai BN
P. 8

Muhammad Yamin, seorang pemuda berusia  23 tahun yang saat itu menjadi  Ketua
                     Jong  Sumatranen  Bond,    menyampaikan  sebuah  resolusi  setelah  mendengarkan
                     pidato dari beberapa peserta kongres berupa 3 (tiga) klausul yang menjadi dasar dari
                     Sumpah Pemuda, yaitu :

                     Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah Indonesia,

                     Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.

                     Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Melayu.

                     Penggunaan  Bahasa  Melayu  yang  diusulkan  oleh  Muhammad  Yamin  menjadi
                     kontroversi saat Kongres Pemuda I, barulah setelah diganti menjadi Bahasa Indonesia
                     pada  Kongres  Pemuda  II,  kontroversi  tersebut  dapat  berakhir  dan  menjadi  sebuah
                     kesepakatan. Muhammad Yamin bukanlah orang pertama yang mengusulkan Bahasa
                     Melayu  sebagai  bahasa  persatuan,  namun  memang  Muhammad  Yamin  yang  lebih
                     sering menyampaikan gagasan tersebut. Ki Hadjar Dewantara pernah mengusulkan
                     Bahasa Melayu sebagai Bahasa persatuan  dalam Kongres Pengajaran Kolonial di Den

                     Haag,  Belanda  pada  tanggal  28  Agustus  1916.      Saat  Kongres  Pemuda  II  untuk
                     pertama  kalinya,  Lagu  Kebangsaan  Indonesia  dikumandangkan.  Wage  Rudolf
                     Soepratman,  seorang  pemuda  yang  berusia  25  tahun  meminta  waktu  kepada
                     Soegondo Djojopoespito, pemimpin rapat saat itu, untuk memperdengarkan sebuah
                     lagu  yang  berjudul  “Indonesia”.  Membaca  syair  Lagu  Indonesia,  Soegondo
                     Djojopoespito  menjadi  khawatir.  Polisi  Hindia  Belanda  jelas  akan  membubarkan
                     kongres apabila lagu tersebut dikumandangkan lengkap dengan syairnya.   Soegondo
                     Djojopoespito  kemudian  memutuskan  lagu  tersebut  hanya  akan  dikumandangkan
                     secara  instrumentalia  tanpa  syair  dan  Wage  Rudolf  Soepratman  dapat  menerima
                     untuk  kemudian  mulai  memainkan  biolanya  mengumandangkan  Lagu  Indonesia.
                     Meskipun tanpa syair, lagu tersebut berhasil menggelokan semangat perjuangan para
                     pemuda  peserta  kongres.  Syair  Lagu  Indonesia  pertama  kali  dipublikasikan  pada
                     tanggal 10 November 1928 oleh koran Sin Po, koran Tionghoa berbahasa Melayu.

                     Tanggal 17 Agustus ditetapkan sebagai  Hari Proklamasi Kemerdekaan berdasarkan
                     Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 24 tahun 1953 tanggal 1 Januari 1953
                     tentang  Hari-Hari  Libur.    Dengan  menyimpang  dari  Pasal  5  Penetapan  Pemerintah
                     tahun 1946 No. 2/Um, menetapkan “Aturan hari-hari libur.   Hari-hari yang disebut di
                     bawah  ini  dinyatakan  sebagai  hari  libur,  antara  lain  :  Tahun  Baru  1  Januari,
                     Proklamasi Kemerdekaan, Nuzulul-Qur’an, Mi’radj Nabi Muhammad S.A.W., Id’l Fitri
                     (selama 2 hari), Id’l Adha, 1 Muharram, Maulid Nabi Muhammad S.A.W., Wafat Isa Al






                                                                                                            7
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13