Page 62 - Buku Peringatan HUT 55 GKI Beringin & Penahbisan Pendeta
P. 62
Menjemput Panggilan : Selangkah Kecil Menuju
Tujuan yang Lebih Besar
Tan Christian Aditya Purnama
Mengapa manusia lahir tidak langsung dewasa, tetapi harus jadi bayi dulu?”
Pertanyaan ini terceletuk sdri. Trianake pada saat
kami mengobrol acak. Barangkali keterlibatan sdri.
Trianake dalam pelayanan di komisi anak dan
ketertarikannya dengan psikologi pertumbuhan
anak juga membuatnya memiliki pertanyaan
demikian.
Tetapi mungkin itu pula yang merupakan refleksi dari perjalanan sdri. Trianake
dalam menjemput panggilan-Nya. Semua orang yang kenal dan dekat dengannya
selalu mengatakan bahwa sdri. Trianake sudah punya keinginan jadi Pendeta Jemaat
dari kecil. Tetapi mengapa dari kecil? Kok tidak langsung saja lahir besar lalu jadi
pendeta?
Salah satu kisah yang kita kenal di alkitab mengenai perjalanan seorang mengenali
panggilan dari kecil adalah Nabi Samuel. Kita semua akrab dengan cerita ini sejak
sekolah minggu, bagaimana Samuel kecil bertanya pada Imam Eli apakah Imam Eli
memanggilnya di waktu malam, hingga Imam Eli tersadar bahwa Samuel mendapat
“panggilan” dari Allah. Tinggal lama di Bait Allah, tentu, Samuel juga menyaksikan
berbagai macam pengalaman termasuk bagaimana korupnya anak - anak Eli hingga
masa tuanya ia menjadi Nabi yang ditunjuk untuk mengangkat dua raja Israel : Saul
dan penggantinya, Daud.
Tentu panggilan yang dirasakan oleh sdri. Trianake bukan panggilan supranatural
semacam itu. Tetapi yang menarik mengapa dari sejak kanak - kanak ? Terkadang,
cita - cita seorang anak kecil itu hanya dianggap isapan jempol, ‘kan nanti juga
berubah lagi kalau sudah besar.
Tetapi kita tak pernah tahu sebesar apa dorongan itu pada seorang Trianake kecil.
Barangkali, tak hanya keinginan dari dirinya yang cukup besar - lingkungan
sekitarnya : orang tua, kedua kakaknya, dan seluruh keluarga besar, tak pernah
meremehkan cita - cita Trianake kecil dan senantiasa memberikan dukungan yang
diperlukan sehingga meyakinkan sdri. Trianake menjalani panggilan sebagai Pendeta
Jemaat.
Saya mau kembali ke pertanyaan awal terlebih dahulu - mengapa manusia harus
jadi bayi dulu? Mengapa ia harus “menyusahkan” bagi orang sekitarnya, bagi orang
tuanya, mengalami masa dimana apapun masalahnya, solusinya adalah teriak atau
nangis sekencang - kencangnya.
HUT 55 GKI BERINGIN | 59