Page 58 - Buku Peringatan HUT 55 GKI Beringin & Penahbisan Pendeta
P. 58
Spiritualitas Seorang Guru
Kata “spiritualitas” berasal dari kata “spiritus” (dalam bahasa Latin), yang berarti
roh, jiwa, semangat. Salah satu definisi spiritualitas adalah “hidup yang didasarkan
pada pengaruh dan bimbingan Roh Allah” (Hardjana 2005:64). Lebih lanjut ia
menyatakan bahwa, “spiritualitas adalah hidup Roh Allah dalam keseluruhan diri
orang dalam hubungannya dengan sesama dan dunianya dalam situasi kongkret.
Spiritualitas adalah tanggapan manusia spiritual terhadap panggilan Roh Allah untuk
ikut serta dalam karya Allah guna menyebarkan kebaikan, keselamatan, dan
kesejahteraan-Nya di dunia” (Hardjana 2005:73).
Jadi spiritualitas tidak hanya doa atau relasi vertikal dengan Tuhan, namun
mencakup juga hubungan dengan sesama dan dunia – di mana manusia menghayati
dan menjawab panggilan Allah dalam berbagai situasi. Dengan demikian
pertumbuhan spiritual mencakup keseluruhan diri seseorang (the whole person).
Spiritualitas seorang guru berarti bagaimana seorang guru dalam tugasnya itu
hidup dalam pengaruh dan bimbingan Roh Allah. Guru yang memiliki spiritualitas
sebagai guru akan memandang pekerjaan sebagai guru sebagai suatu panggilan,
bukan sekedar pekerjaan untuk mencari nafkah, apalagi karena terpaksa. Seseorang
yang terpaksa menjadi guru seringkali kurang termotivasi untuk meningkatkan
kemampuannya mengajar. Mungkin ia hanya sekedar menyampaikan materi (seperti
pada KBM, Kurikulum Berbasis Materi). Mungkin ia mengajar dengan cara dan materi
yang sama dari tahun ke tahun. Mungkin ia mengeluh ketika menghadapi tantangan
dan kesulitan. Mungkin ia kurang peduli dengan tiap muridnya. Sedangkan seorang
yang menghayati pekerjaan sebagai guru merupakan panggilan dari Tuhan, dapat
terus meningkatkan diri dalam mengajar dan membimbing murid-muridnya agar
mereka mengembangkan diri, bertumbuh dalam iman dan hidup semakin dekat
dengan Tuhan.
Mengajar dengan Identitas dan Integritas
Seorang ahli pendidikan, Parker Palmer, dalam bukunya yang berjudul The Courage
to Teach, mengatakan bahwa “good teaching comes from the identity and integrity of
the teacher” (Palmer 1998:10). Pengajaran yang baik bukan sekedar penggunaan
teknik-teknik mengajar yang canggih, melainkan berkenaan dengan diri pendidik
atau guru, yaitu identitas dan integritasnya. Guru yang mengutamakan teknik-teknik
mengajar dan melupakan pengembangan dirinya dapat membuatnya menjaga jarak
dengan murid-muridnya.
Mengajar dengan identitas berarti mengajar dengan seluruh keberadaan dirinya.
Setiap orang memiliki identitas sesuai dengan latar belakang, dan keberadaan
dirinya. Palmer mendefinisikan identitas sebagai “sebuah hubungan yang
berkembang di mana semua kekuatan yang membentuk kehidupan saya bertemu
dalam misteri diri: susunan genetik saya, sifat di mana saya dibesarkan, orang-orang
HUT 55 GKI BERINGIN | 55