Page 143 - USHUL FIKIH_INDONESIA_MAPK_KELAS XII_KSKK
P. 143
mencomot pendapat dari madzhab lain yang masing-masing tidak sempurna sehingga
tidak bisa dihubungkan mengikuti masdzhab A atau B.
Contoh yang mudah difahami adalah tentang wudlu, kita ambil urusan niat dan
mengusap kepala:
1. Menurut madzhab Hanafi, niat tidak wajib dan kepala harus diusap minimal
seperempatnya.
2. Menurut madzhab Syafi’i, niat wajib dan kepala harus diusap sebagian kecil,
(sehelai rambutpun cukup).
3. Menurut madzhab Maliki, niat wajib dan kepala harus diusap seluruhnya.
4. Maenurut madzhab Hanbali, niat wajib dan kepala harus diusap seluruhnya.
Seandainya ada yang berwudlu tanpa niat (mengikuti madzhab Hanafi), dan
hanya mengusap sehelai rambutnya (mengikuti madzhab Syafi’i), maka melakukan
wudlu secara demikian itu disebut Talfiq, yaitu memilih-milih hukum dari berbagai
madzhab untuk satu unit perbuatan tetapi unit perbuatan itu tidak dibenarkan oleh suatu
madzhab.
Dalam contoh kasus tersebut Madzhab Syafi’I tidak membenarkannya karena
tidak adanya niat, madzhab Hanafi tidak membenarkannya karena kepala diusap kurang
dari seperempatnya, begitu pula madzhab Maliki dan Hanbali, tidak membenarkannya
karena tidak ada niat dan kepala tidak diusap seluruhnya. Ulama ushul dan ulama fiqih
berbeda pendapat tentang boleh dan tidaknya bertalfiq. Perbedaan ini bersumber dari
masalah boleh dan tidaknya seseorang berpindah dari satu madzhab ke madzhab lain.
Dalam masalah ini, mereka terbagi menjadi tiga kelompok:
B. Ruang lingkup Talfiq
Talfiq sama seperti taqlid dalam hal ruang lingkupnya, yaitu hanya pada perkara-
perkara ijtihad yang bersifat zhanniyah (perkara yang belum diketahui secara pasti dalam
agama). Adapun hal-hal yang diketahui dari agama secara pasti (ma’luumun minaddiini
bidhdharuurah), dan perkara-perkara yang telah menjadi ijma’, yang mana
mengingkarinya adalah kufr, maka di situ tidak boleh ada taqlid, apalagi talfiq.
C. Hukum talfiq
Ulama terbagi kepada dua kelompok tentang hukum talfîq. Satu kelompok
mengharamkan talfiq secara mutlaq, dan satu kelompok lagi membolehkan secara
mutlaq.Ulama Hanafiyah mengklaim ijma' kaum muslimin atas keharaman talfiq.
USHUL FIKIH - KELAS XII 134