Page 29 - USHUL FIKIH_INDONESIA_MAPK_KELAS XII_KSKK
P. 29

hukum,  yang  disebut  dengan  Ahliyyah  al-ada’  (ءادلآاَ ةّيلهأ)  atau  kecakapan  untuk

                   menjalankan hukum, yaitu kepantasan seseorang manusia untuk diperhitungkan segala
                   tindakannya  menurut  hukum.  Hal  ini  berarti  bahwa  segala  tindakannya,  baik  dalam

                   bentuk ucapan atau perbuatan telah  mem punyai  akibat hukum. Dalam  bentuk ucapan
                   umpamanya,  ia  melakukan  suatu transaksi atau akad. Akadnya  itu telah dianggap  sah

                   dengan  segala  akibat  hukumnya.  Bila  ia  membebaskan  seseorang  dari  utang  dengan
                   lisannya, secara hukum orang yang dibebaskan dari utang itu tidak berutang lagi secara

                   hukum. Dalam bentuk perbuatan, umpamanya shalat, yang dilakukannya telah dianggap

                   sah. Kalau ia melakukan tindak pidana ia akan dikenai sanksi hukum atas pelanggaran
                   yang dilakukannya itu.

                          Kecakapan berbuat hukum atau  ahliyah al-ada’ terdiri dari tiga tingkat. Setiap

                   tingkat ini dikaitkan kepada batas umur seorang manusia. Ketiga tingkat itu adalah:
                    a.  ‘Adîmu al-ahliyyah (ةّيلهلآاَميدع)atau tidak cakap sama sekali.


                              Konsep  ini  dimaknai,  yaitu  ketika  seorang  manusia  semenjak  lahir  sampai
                       mencapai umur tamyiz sekitar umur 7 tahun.  Dalam batas umur ini, seorang anak

                       belum sempurna akalnya atau belum berakal. Sedangkan taklif itu dikaitkan kepada
                       sifat  berakal.  Karena  itu  anak  seumur  ini  belum  disebut  mukallaf  atau  belum

                       dituntut  melaksanakan  hukum.  Ia  tidak  wajib  melaksanakan  shalat,  puasa  dan
                       kewajiban  badani  lainnya.  Ia  wajib  mengeluarkan  zakat  atas  hartanya  menurut

                       pendapat  sebagian  ulama  yang  mengatakan  bahwa  kewajiban  zakat  berlaku  atas

                       harta.  Di  samping  perbuatan  anak-anak  dalam  umur  ini  tidak  dikenai  hukum,
                       ucapannya pun tidak mempunyai akibat hukum.

                              Karena  itu  transaksi  yang  dilakukannya  dinyatakan  tidak  sah  dan  tidak
                       mempunyai  akibat  hukum.  Ucapan-ucapan  pembebasan  dan  ucapan  lain  yang

                       diucapkannya  tidak  mem  punyai  akibat  hukum  atau  tidak  sah.  Semua  tindakan

                       pelanggaran atau keja hatan yang dilakukannya tidak dapat dituntut secara badani.
                       Untuk menu tupi kerugian pihak lain yang menjadi korban kejahatannya dibebankan

                       kepada hartanya atau harta orang tuanya.
                    b.  Ahliyyah  al-adâ’  al-nâqishah  (ةصقان لاَ ءادلآاَ ةّيلهأ)  atau  cakap  berbuat  hukum


                       secara lemah.
                              Konsep  ini  dimaknai,  yaitu  ketika  seorang  manusia  yang  telah  mencapai

                       umur tamyiz (kira-kira 7 tahun) sampai batas dewasa. Penamaan nâqishah (lemah)

                       dalam bentuk ini oleh karena akalnya masih lemah dan belum sempurna. Sedangkan


                                                                           USHUL FIKIH  -  KELAS XII 20
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34