Page 55 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
P. 55

PRESIDEN
                                                   REPUBLIK INDONESIA



                                                       -       55       -



                                                          Pasal 91


                                        (1)  Barang siapa yang diminta keterangannya oleh Majelis
                                             Hakim guna penyelidikan untuk penyelesaian perselisihan

                                             hubungan industrial berdasarkan undang-undang ini wajib

                                             memberikannya tanpa syarat, termasuk membukakan buku

                                             dan memperlihatkan surat-surat yang diperlukan.

                                        (2)  Dalam hal keterangan yang diminta Majelis Hakim terkait

                                             dengan seseorang yang karena jabatannya harus menjaga

                                             kerahasian, maka harus ditempuh prosedur sebagaimana

                                             diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

                                        (3)  Hakim wajib merahasiakan semua keterangan yang

                                            diminta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).




                                                         Pasal 92


                                        Sidang sah apabila dilakukan oleh Majelis Hakim

                                        sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (1).



                                                         Pasal 93


                                        (1)  Dalam hal salah satu pihak atau para pihak tidak dapat
                                             menghadiri sidang tanpa alasan yang dapat dipertanggung

                                             jawabkan, Ketua Majelis Hakim menetapkan hari sidang

                                             berikutnya.


                                        (2)  Hari sidang berikutnya sebagaimana dimaksud dalam
                                            ayat (1) ditetapkan dalam waktu selambat-lambatnya 7

                                            (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal penundaan.





                                                                                        (3) Penundaan …
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60