Page 75 - KOTA DEKAT LAUT BY LIL_S
P. 75

Membaca pesan dari Esok. Membuat hatiku sedikit terenyuh.

                      Rupanya,  Esok.  Benar-benar  mencariku  saat  itu.  Semesta  tidak

                      merestui  pertemuan  kita  lagi.  Di  lingkungan  masjid.  Sedang  ada

                      pengecekan dokumen negara. Sehingga, membuat kami. Yang tidak

                      memiliki dokumen itu, harus dideportasi. Pun, memilih meninggalkan

                      tempat itu, termasuk aku.


                              Banyak warga sekitar masjid yang pergi meninggalkan tempat

                      itu. Sehingga kota itu, menjadi sangat sepi. Persis apa yang diutarakan

                      oleh Esok. Kota mati.  Tak  lagi  terdengar  jeritan  anak-anak  kecil

                      yang melengking di sekitaran masjid. Juga, suara tawa yang terbahak-

                      bahak  sangking  bahagianya.  Gemuruh,  suara  derap  langkah  kaki,

                      anak-anak kecil yang berkeliaran, bahkan berlarian di masjid. Hening

                      seketika.  Suara-suara  itu  lenyap,  bagai  ditelan  bumi.  Semuanya


                      hilang, lenyap. Tak meninggalkan jejak apa pun.


                              Padahal  saat  itu.  Aku  selalu  menunggunya.  Selalu  menanti

                      kabar,  bahkan  kedatangannya.  Tetapi,  lagi-lagi  memang  takdir

                      berkata lain. Kita memiliki jalan hidup masing-masing.  Ditambah,

                      tempat  tinggal  kita  yang saling  berjauhan.  Menjadikan  hubungan

                      kita,  begitu terasa sangat jauh.


                              Esok  meninggalkan obrolan itu.  Ia tidak lagi  aktif sekarang.


                      Percakapan  panjang  itu,  menjadi  percakapan  kita  yang  terakhir.

                      Malam kian larut. Aku pun menyeka, kedua mataku yang memerah.

                      Sembari bergeming di dalam hati, “ Esok, aku mohon. Maafkan aku,

                      aku benar- benar meminta maaf padamu,”


                              Tahun demi tahun pun berlalu. Musim kemarau yang tak lagi

                      singgah. Tergantikan, oleh musim hujan yang sangat dingin. Begitu


                                                           70
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80