Page 53 - Candiku Yang Hebat
P. 53
“Empat patung Buddha dan dua patung singa diketahui sekarang diletakkan di Wat
Phra Kaew. Bukankah dengan demikian membuktikan kalau Indonesia dan Thailand sudah
memiliki kedekatan sejak dulu?” Irwan melirik Bian yang tengah mengerjap ke arahnya.
Apakah Bian tidak tahu mengenai fakta itu? Pikir irwan penasaran. Lalu, apakah Ale juga
melewatkan informasi sepenting itu? Hmm, mungkin saja mereka berdua sudah tahu, tapi
gengsi untuk mengakui.
WAAAAH … gumaman itu menggaung kencang.
“Kalian tahu patung gajah yang ada di Museum Nasional, Jakarta? Itu adalah patung
pemberian dari Raja Chulalongkorn,” tambah Irwan. “Jadi, kalau sekarang kita malah ribut
dan saling bermusuhan, nenek moyang zaman dulu malah damai dan rukun.”
Ale tertunduk. Irwan sudah menyindirnya dengan telak.
“Ayo maju ke depan, Le!” panggil Irwan. Tangannya mengajak sahabatnya itu untuk
beranjak mendekat. “Kamu juga, Bi. Ayo ke sini!”
Ale mendongak bingung. Bian juga terlihat sama. Keduanya tidak mengerti apa yang
diinginkan Irwan.
“Ayo Ale, Bian,” suara Bu Lita semakin memaksa keduanya. Belum lagi beberapa anak
mulai menyemangati mereka untuk segera maju.
“Ayo, Le, masa maju ke depan saja takut?” kata Doni. “Kamu juga, Bi.”
Meski terlihat enggan, Ale dan Bian beringsut maju. Lalu berdiri di depan dengan
posisi berjauhan. Irwan segera menarik tangan Ale untuk mendekat, lalu melakukan hal
yang sama terhadap Bian.
“Jujur ya, aku ingin mendengar pendapat kalian berdua,” tanya Irwan pada keduanya.
“Menurutmu, candi di Indonesia itu bagus tidak, Bi?”
Bian mengerjap cepat. Kepalanya perlahan mengangguk. “Bagus.”
“Nah,” Irwan membalikkan badannya ke arah Ale. “Menurutmu, candi di Thailand itu
bagaimana, Le?”
Ale menghela napas panjang. “Indah dan unik,” ujarnya.
Irwan tersenyum lebar. Beberapa anak juga mulai menarik senyum mereka. Jawaban
Ale dan Bian terdengar jujur.
45