Page 17 - RAP2020
P. 17

ini mendorong terciptanya citra negatif birokrasi,  Perilaku yang sudah

                            menjadi mental model birokrasi yang dipandang lambat, berbelit-belit,
                            tidak  inovatif,  tidak  peka,  inkosisten,  malas,  feodal  dan  lainnya.

                            Karena  itu,  fokus  perubahan  reformasi  birokrasi  ditujukan  pada
                            perubahan  mental  aparatur.  Perubahan  mental  model/perilaku

                            aparatur diharapkan akan mendorong terciptanya budaya kerja positif

                            yang  kondusif  bagi  terciptanya  birokrasi  yang  bersih  dan  akuntabel,
                            sefektif,  dan  efisien  serta  mampu  memberikan  pelayanan  yang

                            berkualitas.

                                  Permasalahan      bagi    sebuah     organisasi    adalah    sebuah
                            keniscayaan,  begitu  juga  dengan  Pengadilan  Negeri  Palangka  Raya

                            yang senantiasa berjibaku dengan permasalahan seperti kekurangan
                            sumber daya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas, hal ini

                            dapat dilihat dari banyaknya rangkap pekerjaan yang dilakukan  oleh
                            satu  orang  pegawai,,  kurang  optimalnya  pelayanan  kepada  publik

                            yang  disebabkan  karena  sistem  informasi  yang  masih    manual,  dan

                            belum  maksimalnya  pemanfaatan  teknologi  informasi,  manajemen
                            pengelolaan arsip baik untuk arsip statis maupun arsip dinamis belum

                            sepenuhnya dilakukan secara digital sehingga berpengaruh terhadap
                            semakin  sempitnya  ruang  arsip  serta  kesulitan  dalam  hal  pencarian

                            berkas  juga  kebutuhan  akan  penyediaan  sarana  dan  prasarana
                            penunjang  seperti  rak  arsip,  box  file  menjadi  semakin  besar  tanpa

                            diimbangi dengan ketersediaan anggaran, kemudian lemahnya sistem

                            monitoring  terhadap  pelaksanaan  pekerjaan  khususnya  dalam  hal
                            pelayanan/pemberian  bantuan  hukum  kepada  masyarakat  yang

                            kurang mampu, sehingga pelayanan kepada masyarakat pun menjadi

                            kurang  optimal.  Petugas  yang  mengawasi  dan  melaporkan
                            pelaksanaan realisasi pelayanan posbakum hanya menerima laporan

                            sepihak  dari  petugas  piket  Lembaga  Bantuan  Hukum  yang  ditunjuk,
                            sehingga  petugas  pada  Kepaniteraan  Hukum  tidak  bisa  melakukan

                            cek  dan  ricek  kesesuaian  atas  pelayanan  posbakum  yang  diberikan



                             Rancangan Aksi Perubahan| Membangun si-ELMO (Sistem Elektronik Monitoring)   17
                        menuju peningkatan kinerja pengawasan Layanan Bantuan Hukum di Pengadilan Negeri
                                                                                   Palangka Raya
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22