Page 28 - Kelas X Hindu BS press
P. 28
Rānak naréndra gunamānta suśīla śakti,
Sang Rāmadéwa tamatan papaḍé rikéng rāt,
Sītā ya bhaktya ryanak naranātha tan lén,
Nāhan prayojana naréndra pinét marā ngké.
Terjemahan:
Putra tuanku gunawan, susila dan bakti.
Sang Ramadewa tiada tandingnya di dunia ini,
Sita akan bakti kepada putra tuanku, tidak lain.
Itulah tujuan kami tuanku dimohon kemari
Dari kutipan sloka ini terkandung nilai Manusa Yajña yang tertuang di
dalam epos Rāmāyana tersebut. Upacara Śrī Rāmā mempersunting Dewi
Sītā merupakan suatu nilai Yajña yang terkandung didalamnya. Selayaknya
suatu pernikahan suci, upacara ini dilaksanakan dengan Yajña yang lengkap
dipimpin oleh seorang purohita raja dan disaksikan oleh para dewa, kerabat
kerajaan beserta para Mahaṛsī.
4. Ṛsī Yajña
Ṛsī Yajña itu adalah menghormati dan memuja Ṛsī atau pendeta. Dalam
lontar Agastya Parwa disebutkan, Ṛsī Yajña ngaranya kapujan ring pandeta
sang wruh ring kalingganing dadi wang, artinya Ṛsī Yajña adalah berbakti
pada pendeta dan pada orang yang tahu hakikat diri menjadi manusia. Dengan
demikian melayani pendeta sehari-hari maupun saat-saat beliau memimpin
upacara tergolong Ṛsī Yajña.
Pada kisah Rāmāyana, nilai-nilai Ṛsī Yajña dapat dijumpai pada beberapa
bagian dimana para tokoh dalam alur ceritanya sangat menghormati para
Ṛsī sebagai pemimpin keagamaan, penasehat kerajaan dan guru kerohanian.
Misalnya pada Kekawin Rāmāyana Prathamas Sarggah bait 30, sebagai
berikut:
Sāmpun pwa sira pinūjā,
bhinojanan sang mahārṣi paripūrṇna,
kalawan sang wiku sākṣī,
winūrṣita dinakṣiṇān ta sira
Terjemahan:
Sesudah beliau dipuja, disuguhkan suguhan sang maha Ṛsī,
bersama sang wiku yang menjadi saksi, dihormati dipersembahkan hadiah untuk beliau.
Mahaṛsī sebagai seorang rohaniawan senantiasa memberikan wejangan suci
dan ilmu pengetahuan keagamaan untuk menuntun umatnya tentang ajaran
ketuhanan. Keberadaan beliau tentu sangat penting dalam kehidupan umat
22 | Kelas X SMA/SMK