Page 26 - Kelas X Hindu BS press
P. 26

2.  Pitra Yajña

                         Upacara ini bertujuan untuk menghormati dan memuja leluhur. Kata pitra
                      bersīnonim dengan pita yang artinya ayah atau dalam pengertian yang lebih
                      luas yaitu orang tua. Sebagai umat manusia yang beradab, hendaknya selalu
                      berbhakti kepada orang tua, karena menurut Agama Hindu hal ini adalah salah
                      satu bentuk Yajña yang utama. Betapa durhakanya seseorang apabila berani
                      dan tidak bisa menunjukkan rasa bhaktinya kepada orang tua sebagai pitra.
                         Seperti apa yang diuaraikan dalam kisah kepahlawanan Rāmāyana, dimana
                      Śrī  Rāmā  sebagai  tokoh  utama  dengan  segenap  kebijaksanaan,  kepintaran
                      dan kegagahannya tetap menunjukkan rasa bhakti yang tinggi terhadap orang
                      tuanya. Seperti yang tertuang pada Kekawin Rāmāyana Triyas Sarggah bait 9
                      sebagai berikut:



                            Sawét nikana satya sang prabhu kinon ng anak minggata,
                           Kadi pwa ya hilang ng asih nira hiḍep nikang mwang kabéh,
                               Gelāna mangarang ngalah salahasātimohā ngĕsah,
                              Mahöm ta sahana nya kapwa umasö ri Sang Rāghawa.

                                                Terjemahan:
                      ‘Karena setianya sang prabhu (akan janji) disuruh putranya supaya pergi.
                         Seperti lenyaplah kasih sayangnya, demikian pikir orang banyak.
                         Gundah gulana, sedih. Kecewa amat bingung dan berkeluh kesah
                          Maka berundinglah semuanya menghadap kepada Sang Rāmā.



                         Dari kutipan lontar tersebut tersirat nilai Pitra Yajña yang termuat dalam
                      epos  Rāmāyana.  Demi  memenuhi  janji  orang  tuanya  (Raja  Daśaratha),  Śrī
                      Rāmā,  Lakṣmaṇa  dan  Dewi  Sītā  mau  menerima  perintah  dari  sang  Raja
                      Daśaratha untuk pergi hidup di hutan meninggalkan kekuasaanya sebagai raja
                      di Ayodhyā. Walaupun itu bukan merupakan keinginan Raja Daśaratha dan
                      hanya sebagai bentuk janji seorang raja terhadap istrinya Dewi Kaikeyī. Śrī
                      Rāmā  secara  tulus  dan  ikhlas  menjalankan  perintah  orang  tuanya  tersebut.
                      Bersama  istri  dan  adiknya  Lakṣmaṇa  hidup  mengembara  di  hutan  selama
                      bertahun-tahun.
                               Dari kisah ini tentu dapat dipetik suatu hakekat nilai yang istimewa
                      bagaimana bhakti seorang anak terhadap orang tuanya. Betapapun kuat, pintar
                      dan gagahnya seseorang anak hendaknya selalu mampu menunjukkan sujud
                      bhaktinya kepada orang tua atas jasanya telah memelihara dan menghidupi
                      anak tersebut.










                 20   | Kelas X SMA/SMK
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31