Page 247 - Kelas XII Bahasa Indonesia BS press
P. 247

SUAMI           : O, itu baik sekali.
               TAMU II         : Banyak pikiran-pikirannya yang cemerlang.

               SUAMI           : O, ya?
               TAMU            : Apakah kawan-kawannya ada di sini?

               SUAMI           : Begini saudara. Kami sudah menganggapnya anak sendiri.
                                Dia memang cerdas dan berbakat. Bapak sampai heran
                                dalam  umurnya  yang  sekian  dahulu  waktu  masih  di  sini,
                                ia sudah terlalu serius. Kadang-kadang bapak  khawatir
                                melihat anak-anak yang terlalu serius kurang menghiraukan
                                dia sendiri.
               TAMU I          : Memang ia tidak begitu mengacuhkan.

               SUAMI           : Ya,  itulah  keistimewaannya.  Tapi  kalau  diajak  berpikir
                                misalnya,  soal,  soal-soal  segala  sesuatu,  pikirannya  tajam
                                sekali.

               TAMU I          : Caranya mengupas, gemilang saya kira dia mempunyai
                                harapan besar di kemudian hari.
               SUAMI           : Memang. Tapi walaupun, sebagai seorang manusia dalam
                                pergaulan, walaupun tak menghiraukan kepentingan diri
                                sendiri, sangat memperhatikan kawan-kawannya. Suka
                                menolong dan selalu rendah hati.

               TAMU II         : Ya. Tak ada orang di kantor kami yang benci kepadanya.

               SUAMI           : Memang. Budinya luhur, tidak memilih kawan, tidak pernah
                                merugikan orang lain, malah selalu berusaha mengekang
                                diri sendiri kalau merasa akan merugikan orang lain.
                                Sungguh sedih kehilangan ini. Bagi Bapak semua anak-anak
                                adalah anak bapak. Bapak sering ingat justru ia lain. Ia selalu
                                memperhatikan, selalu berusaha mengajak bercakap-cakap
                                menanyakan pendapat. Tampangnya begitu, tapi pikirannya
                                maju, tetapi bapak tidak takut menghadapi pendapat-
                                pendapatnya itu, berbeda kalau Bapak menghadapi anak-
                                anak muda lain. Banyak pikiran yang tidak terlalu maju
                                atau luar-biasa, tapi cara menyampaikan terlalu menyerang,
                                jadi takut. Dia tidak. Dia mengerti bagaimana semuanya
                                dengan mudah dan sederhana, sehingga saya tidak takut
                                atau, atau iri. Atau merasa diremehkan. Pendeknya, sopan
                                dalam segala sepak terjangnya, Yah. Kehilangan. Ini bukan




               Bahasa Indonesia                                                       241
   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252