Page 164 - Toponim Magelang_Final
P. 164

Toponim Kota Magelang    151












                      Fenomena sejarah di Kampung Patenjurang semasa kolonial yang perlu dikabarkan ialah
                      adanya perusahaan pengolahan susu “Bener” yang dikelola Tan Marie Nio. Perusahaan
                      susu di kampung ini menjadi pintu masuk memahami kenyataan orang-orang Eropa
                      di Magelang yang punya kegemaran minum susu. Mereka memiliki kebiasaan untuk
                      meminum susu di pagi hari dan sebelum tidur, terutama oleh anak-anak yang masih
                      dalam masa pertumbuhan. Selain itu, susu juga dipakai sebagai bahan olahan makanan
                      lainnya.  Kebutuhan akan susu begitu tinggi lantaran banyaknya orang Eropa yang
                             102
                      tinggal di Magelang, memberikan peluang bisnis  mendirikan pabrik penyedia susu
                      seperti di Kampung Pagerjurang.

                      Pemahaman umum bahwa jurang atau tebing adalah formasi bebatuan yang menjulang
                      secara vertikal. Jurang  terbentuk akibat dari faktor  erosi tanah. Jurang  lazimnya
                      ditemukan di daerah pantai, pegunungan, dan sepanjang sungai. Jurang dibentuk
                      oleh bebatuan yang yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca. Sifat umum manusia
                      merespon kondisi alam  berupa  jurang  berukuran  besar tidaklah  banyak  dilakukan,
                      karena jurang  yang luas  itu mengundang bahaya. Sementara  dari segi aksesbilitas,
                      jurang juga tidak mendukung untuk dijadikan lahan garapan seperti pategalan atau
                      perkebunan yang menghasilkan bahan makanan. Seiring perjalanan  waktu dan
                      perkembangan pemukiman penduduk Kota Magelang, Kampung Jurangombo mulai
                      dijamah masyarakat. Bahkan, dalam Arsip Staatsblad Hindia Belanda 1927 No. 2 Tentang
                      Pemerintah Dalam Negeri, Desentralisasi Batas-Batas Kedu untuk Ibu kota Magelang,
                      menempatkan Kampung  Jurangombo bersama  Desa Bulurejo sebagai batas Sungai
                      Progo dan Sungai Bening. Artinya, pemerintah kolonial memposisikan Jurangombo
                      dalam konteks geospasial Magelang.


                      Keberadaan Kampung Jurangombo yang tersurat dalam  dokumen administrasi
                      kolonial menegaskan masyarakat setempat saat itu sudah mampu menundukkan atau
                      beradaptasi dengan ekologi jurang besar. Desakan populasi di kota yang kian bertambah
                      mengharuskan masyarakat memanfaatkan lahan untuk pemukiman. Dijelaskan lebih
                      lanjut, batas sebelah selatan adalah jalanan desa dari Sungai Elo sampai titik temu jalan
                      dengan jalan ke Yogyakarta terus ke tepi barat. Dari jalan itu ke jurusan selatan hingga
                      Sungai Soka mengikuti sungai ini ke hulu sampai Sungai Tangsi. Selanjutnya, tepi kanan
                      tangsi ini dan selokan kecil yang mengalir urut batas utara dari Dukuh Seneng hingga
                      Sungai Bening. Kampung Jurangombo pada gilirannya menjadi nama kelurahan yang

                      102  Arsip Magelang Midelpunt van de Tuin van Java (Stadsgemeente Magelang, 1936).
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169