Page 197 - Toponim Magelang_Final
P. 197
184 Toponim Kota Magelang
perempuan Indo sedang duduk bersantai di teras halaman rumah, seringkali penjual
makanan keliling melintas di muka rumah. Dalam studi historis Tedy Harnawan (2013)
perihal Magelang menjelaskan, penjual makanan keliling ini disebut waroeng, dan orang
Indo kaya bersama anak-anaknya menghindari makanan yang dijual karena tidak sehat.
Waroeng-waroeng ini terlihat kotor karena penjualnya menjajakan tanpa alas kaki. Untuk
mengubah pandangan tersebut, penjual minuman keliling mulai menggunakan gelas
kaca yang bersih untuk menarik minat pembeli. Seringkali perempuan Indo merasa
makanan waroeng sangat enak sehingga mereka tak jarang membelinya diam-diam dan
memakannya di belakang rumah untuk menjaga perilakunya sebagai orang Eropa.
141
Sementara dalam tradisi masyarakat Jawa, warung dimaknai sebagai kedai, kios, toko
kecil, atau rumah makan sederhana. Di sini, warga bersantap sembari srawung atau
berkumpul. Dalam momentum ini, mereka bukan hanya bersemuka saja, namun
juga belajar, menimba inspirasi atau ngangsu kawruh dengan sesama warga. Dengan
demikian, Kampung Tidar Warung bisa dimaknai sebagai ruang sosial masyarakat
Magelang berinteraksi sosial di masa silam. Sumber: https://www.google.com/maps
Lokasi Kampung
Tidar Warung Sanata Dharma (2018).
141 Tedy Harnawan. “Di Bawah Bayang-bayang Modernitas: Orang-orang Indo di Kota Magelang
1906-1943”. Skripsi. (Jurusan Sejarah, FIB: UGM Yogyakarta, 2013). hlm. 117.