Page 198 - Toponim Magelang_Final
P. 198

Toponim Kota Magelang    185












                      2. Tidar Campur


                      Kampung Tidar Campur, menurut warga setempat, tempo dulu merupakan tempat
                      campurnya aneka barang. Hingga detik ini, di Tidar Campur bercokol 3 industri kecil,
                      yaitu industri tahu, industri pengumpul barang  bekas/ rongsok, dan perusahaan
                      otobus Sumber Waras. Tampaknya tidak ada zonaisasi di kawasan ini, atau memang
                      tuntutan perkembangan  zaman, sehingga daerah  tersebut terkesan ramai. Kendati
                      demikian, kenyataan ini justru memposisikan Tidar Campur sebagai tempat penting
                      dalam dinamika perekonomian Magelang dan identitas kampungnya terpelihara dalam
                      benak masyarakat.

                      Menyoal pepunden atau tokoh lokal legendaris, di Tidar Campur terdapat tokoh Kyai
                      Rejomulyo, Kyai Jodrono, dan Kyai Ahmad Sirat. Makam para sesepuh kampung ini
                      juga  masih ada. Warga  setempat menjelaskan, Kyai Ahmad  Sirat adalah  orang  asli
                      pertama di Tidar Campur. Kyai Rejomulyo merupakan pengikut Pangeran Diponegoro
                      dalam  Perang  Jawa  tahun  1825-1830. Dalam  kajian  Peter  Carey tentang biografi
                      Pangeran Diponegoro tidak ditemukan nama tokoh ini. Bisa dipastikan, Rejomulyo
                      adalah prajurit berpangkat rendah atau mata-mata yang “ditandur” (ditugasi) di wilayah
                      Tidar Campur. Terakhir, Kyai Jodrono dipercaya sebagai sesepuh kampung.  Makam
                                                                                       142
                      mereka terawat, dan sering dikunjungi dengan alasan spiritual.


                      Dalam konteks wirausaha, lazim industri tahu semula digarap oleh komunitas Tionghoa.
                      Makanan berbahan kedelai ini diproduksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kaum
                      Tionghoa dan pribumi Jawa di Magelang. Selain harganya terjangkau, tahu juga mudah
                      diolah untuk campuran masakan maupun digoreng langsung untuk disantap.

                      Tidar Campur  juga dipakai untuk mengumpulkan barang  bekas  atau rongsokan.
                      Kala itu, kehadiran pemulung dan pembeli barang bekas keliling makin bertambah
                      jumlahnya. Realitas ini didorong adanya pengepul barang bekas yang mampu mendaur
                      ulang. Dalam sejarah industri di Magelang kontemporer, pengepul, pembeli barang
                      bekas, dan pemulung adalah  jaringan kerja baru yang saling mengantungkan satu
                      sama lainnya. Pengepul bergantung pada pemulung, dan pembeli barang bekas acap
                      berkeliling demi perolehan barang bekas untuk dijual kembali. “Sampah” barang bekas
                      yang dikumpulkan di Tidar Campur dimaknai sebagai barang ekonomis.


                      142  Wawancara dengan Bapak Danang dan Bapak Sagiyo, (3 Maret 2018. Jam 11.59 sd 12.57).
   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203