Page 70 - Toponim Magelang_Final
P. 70

Toponim Kota Magelang     57












                      3. Pucangsari


                      Periode kolonial, Kampung  Pucangsari dalam  Notulen  van de Openbare Vergadering
                      van de Gementeraad van Magelang disebutkan sebagai wilayah yang terkena perbaikan
                      jalan kampung tahun 1935 berbiaya f. 599,12.  Jalan di perkampungan memperoleh
                                                              23
                      perhatian pemerintah kolonial sedemikian rupa karena sering dikabarkan pemilik dokar
                      dan motor terpeleset hingga menubruk beberapa rumah penduduk. Jalan kampung
                      yang tidak nyaman serta berkelok-kelok dituding sebagai biang kerok. Terlebih lagi,
                      perbaikan ini diharapkan menghilangkan kesan kumuh perkampungan di Magelang,
                      salah satunya Pucangsari.

                      Menurut tradisi tutur, Kampung Pucangsari di masa lampau merupakan area yang
                      banyak ditumbuhi pohon pucang, maka warga lokal menamainya sebagai Kampung
                      Pucangsari. Jenis pucang biasa tumbuh di beberapa daerah di Nusantara. Masyarakat
                      Magelang dan Jawa klasik umumnya tentu mengenal jenis kayu pucang kalak yang
                      salah satu fungsinya sebagai bahan pembuatan tongkat dan teken. Kayu pohon Pucang
                      dianggap relatif kuat, ringan, dan awet. Tepatlah dipilih untuk membuat tongkat, di
                      samping sebagai kayu dapur bila kondisinya sudah lapuk. Manusia Jawa memaknai
                      tongkat bukan sekadar penyangga tubuh dan barang pajangan saja, tapi juga benda
                      spiritual.


                      Masyarakat elit Magelang tempo dulu masih percaya aliran animisme dan dinamisme
                      memanfaatkan pohon pocang untuk tongkat yang diyakini menambah kewibawaan
                      memang masuk akal. Bahkan, kita sampai kini kerab melihat dalam jajaran militer para
                      petinggi memegang tongkat, meski tubuhnya sudah gagah. Tongkat komando itu disebut
                      pula pusaka “sodo lanang” (lidi Pria). Seperti Bung Karno memegang atau mengempit
                      tongkat komando kala berpidato, menjalankan tugas negara, serta menemui rakyat dan
                      tokoh.

                      Dalam catatan sejarah, tongkat Presiden Soekarno terbahan pucang kalak yang tumbuh
                      pada  sebuah desa di Ponorogo. Dari kacamata spiritual, keberadaan pohon pocang
                      kalak dibutuhkan oleh tokoh dan membawanya ke pengrajin kayu. Merujuk keterangan
                      ajudan Presiden Soekarno sewaktu tampil dalam reality show “Mata Najwa”, diketahui
                      suatu ketika ada tamu bertanya perihal isi tongkat presiden. Lantas, tongkat itu dibuka


                      23  Arsip Notulen van de Openbare Vergadering van de Gementeraad van Magelang.
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75