Page 73 - Toponim Magelang_Final
P. 73
60 Toponim Kota Magelang
air tampak lebih tenang dari aliran sungai lainnya. Ekosistem kehidupan di sungai
banyak terkonsentrasi di kedung itu. Ikan banyak dijumpai di kedung, dan biasanya
banyak orang berkumpul di sekitar kedung memancing ikan. Demikian pula burung-
burung berkeliaran, mencari sumber makanannya lebih banyak di lokasi tersebut.
Di pinggir kedung sungai relatif banyak aneka tanaman besar dan kecil, sebab aliran
sungai di titik ini lebih lambat. Tidak seperti daerah aliran sungai yang lebih dangkal, di
mana aliran air menderas sehingga hanya tanaman tertentu yang berakar kuat sanggup
hidup di bibir sungai. Selain memotret perubahan alam, petilan filosofi Kali Ilang
25
Kedunge bisa diartikan sebagai proses pendangkalan sungai. Bagi orang Jawa klasik,
pendangkalan sungai dan hilangnya kedung beresiko pada jumlah ikan berkurang,
aliran air di permukaan tidak setenang dulu, dan jarang orang memancing di sana.
Ringkasnya, ekosistem sungai ternganggu.
Setelah menjadi pemukiman, jalan-jalan kampung utama Kedungsari periode kolonial
mengalami perbaikan karena pembuangan air di sepanjang jalan tidak terawat dan
harus diperbaiki supaya dapat mengalirkan air kotor dari pemukiman warga. Perbaikan
itu mencakup pula Pucangan di Kedungsari. Bukti bahwa pemerintah Belanda
memperhatikan aspek kenyamanan dan keasrian Kedungsari, tanpa menghapus
identitas nama kampung.
Sumber: https://www.google.com/maps
Lokasi Kampung
Kedungsari
25 Pitoyo Amrih. Ilmu Kearifan Jawa. (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2008). hlm. 41.