Page 77 - Stabilitas Edisi 199 Tahun 2023
P. 77
sengitnya persaingan bisnis dan di era
digitalisasi yang kian merasuk di hampir
lini kehidupan manusia.
Dengan berdiri sendiri, ia
memandang, industri asuransi syariah
akan mensterilkan bisnis tercampur
dengan bisnis non syariah. Hal tersebut
juga dapat meminimalisir potensi
pengaruh kepentingan induk dengan
induk usaha tidak perlu khawatir kue
bisnisnya berkurang lantaran OJK
memberikan insentif bahwa badan usaha
syariah nantinya masih dapat bersinergi
bisnis dengan induk. Tentu keputusan itu
bisa memberikan efek positif terhadap
keberlanjutan bisnis.
Lebih lanjut, dalam aturan baru
yang dirilis OJK, dirinya memandang,
ekuitas minimal Rp100 miliar tidak
berat karena rata-rata unit usaha syariah
telah memenuhinya. Tak hanya itu, OJK
juga memberikan keringanan berupa
opsi lain ketika persyaratan ekuitas
tidak terpenuhi, yakni spin off melalui
pengalihan portofolio ke perusahaan
asuransi lain yang telah berizin.
Namun yang menjadi kekhawatiran
adalah proses pengalihan portofolio, Asuransi syaroah yang
baik portofolio kepesertaan, liabilitas, sudah berdiri sendiri nanti
maupun portofolio aset terutama untuk masih dapat bersinergi
asuransi jiwa dan telah berumur panjang. Pertumbuhan akumulasi premi asuransi bisnis dengan perusahaan
Hal itu lantaran tidak semua jiwa melanjutkan tren penurunan sebesar
perusahaan memiliki sistem informasi 9,94 persen yoy dengan nilai sebesar induknya.
data yang baik. Tak hanya itu, juga Rp86,02 triliun per Juni 2023, didorong
kemungkinan masih ada yang belum oleh normalisasi premi di lini usaha
melakukan segregasi portofolio dengan PAYDI. Di sisi lain, akumulasi premi
induk. Bahkan, bisa saja terdapat asuransi umum tumbuh positif 4,02
potensi keruwetan proses hukum dalam persen yoy (Juni 2022: 18,54 persen),
pengalihan status kepemilikan aset, menjadi Rp64,06 triliun.
karena ada nama badan hukum baru. Sementara itu, tambahnya, secara
Kondisi ini yang harapannya bisa segera umum permodalan di sektor IKNB
dicarikan jalan keluarnya. Terlepas terjaga dengan industri asuransi jiwa dan
dari itu, pelaku industri masih memiliki asuransi umum mencatatkan Risk Based
waktu dua tahun untuk memenuhi Capital (RBC) yang di atas threshold
aturan ini. masing-masing sebesar 467,85 persen
Berdasarkan catatan OJK akumulasi dan 314,08 persen (Mei 2023: 462,80
pendapatan premi sektor asuransi selama persen dan 307,07 persen), jauh di atas
periode Januari sampai dengan Juni threshold sebesar 120 persen. Begitu
2023 mencapai Rp150,08 triliun, atau pula pada gearing ratio perusahaan
terkontraksi 4,74 persen dibandingkan pembiayaan tercatat sebesar 2,27 kali
dengan periode yang sama pada tahun (Mei 2023: 2,20 kali), jauh di bawah batas
sebelumnya (Juni 2022: 0,96 persen). maksimum 10 kali.*
www.stabilitas.id Edisi 199 / 2023 / Th.XVIII 77