Page 28 - e-Modul PPKn 7nanadiklat
P. 28
pendapatan masyarakat.
c. Memajukan bangsa melalui inovasi dan kreativitas aparatur sipil negara di daerah.
d. Melaksanakan pembangunan nasional untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja, lapangan usaha, kesempatan dan kualitas pelayanan
publik, serta daya saing daerah.
e. Mengembangkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis.
2. Peran tokoh-tokoh daerah dalam perjuangan kemerdekaan
Berikut tokoh-tokoh daerah yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
a. Perlawanan Pangeran Diponegoro
Pada bulan Mei 1825. pemerintah Belanda yang awafnya berencana membangun
jalan dari Yogyakarta menuju Magfeiang/lewat Muntilan, mengubah rencananya dengan
membelokkan jalan itu melewati Tegalrejo. Di Tegalrejo, jalan yang dibuat Belanda tepat
melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro. Hal inilah yang membuat Pangeran
Diponegoro marah dan memutuskan untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Beliau
kemudian memerintahkan pada bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati
makam tersebut. Tindakan itu menyulut terjadinya peperangan di kedua belah pihak.
Pada tahun 1827 Belanda menyerang pertahanan Pangeran Diponegoro dengan
menggunakan sistem benteng sehingga kedudukannya terjepit. Pada tanggal 28 Maret 1830,
Jenderal de Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Pangeran Diponegoro
menyatakan bersedia berunding dengan Belanda, syaratnya apabila tidak dicapai
persetujuan, dirinya dan sisa anggota laskarnya dilepaskan. Namun, Belanda mengingkari
janji. Ketika perundingan buntu, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado.
la dipindahkan ke Makassar sampai ia wafat di Benteng Rotterdam pada tanggal 8 Januari
1855.
b. Perlawanan Pangeran Antasari
Pertempuran rakyat Banjar melawan Belanda berkobar pada tahun 1859 di bawah
pimpinan Pangeran Antasari. Dalam pertempuran ini Pangeran, Hidayat memberi dukungan
penuh pada Pangeran Antasari. Tokoh-tokoh lain dalam pertempuran ini, antara lain Kiai
Demang Leman, Haji Nasrun, Haji Buyasin, Tumenggung Suropati, dan Kiai Langlang. Pada
tanggal 3 Februari 1862, Pangeran Hidayat tertangkap dan dibuang ke Jawa. Pangeran
Antasari yang pada tanggal 14 Maret 1862 diangkat oleh rakyat sebagai pemimpin tertinggi
agama Islam dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifahtul Mukminin gugur dalam
pertempuran di Hulu Teweh pada tanggal 11 Oktober 1862. Sepeninggal Pangeran Antasari,
perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan oleh teman-teman seperjuangannya. Perlawanan
rakyat benar-benar dapat dikatakan padam setelah gugurnya Gusti Matseman tahun 1905.
Perjuangan dan pemberontakan putra-putri daerah untuk mengusir penjajah sering kali
mengalami kegagalan, namun semangatnya tidak pernah padam seperti maksud peribahasa
“Patah tumbuh hilang berganti; Mati satu tumbuh seribu”. Ditilik dan sisi ketahanan nasional
kegagalan perjuangan tersebut disebabkan oleh kombinasi dari faktor-faktor berikut.
a. Pemerintah kolonial menerapkan politik pemecah-belahan terhadap rakyat (devide et
impera)
Modul PPKn Kelas VII Smt. Genap 28