Page 136 - PENILAIAN-STATUS-GIZI
P. 136
Penilaian Status Gizi
varians error yang kecil, sehingga hasil yang dihasikan dapat dipercaya sebagai hasil yang
sebenarnya atau hasil yang mendekati dengan nilai sebenarnya. Dengan demikian maka
pengertian validitas sangat erat berkaitan dengan masalah tujuan pengukuran. Oleh karena
itu tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur
biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik (S. Anwar,
2003 dan I. Machfoedz, 2005).
Pengukuran dilakukan dalam rangka memperoleh data, selanjutnya data tersebut
akan diolah dan dianalisis dengan metode tertentu selanjutnya diperoleh informasi.
Informasi tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar perencanaan program. Dengan
demikian maka sangat diperlukan data yang berkualitas. Untuk memperoleh data yang
berkualitas ditentukan oleh empat faktor dalam pengukuran, yaitu:1). Petugas atau
pengukur, 2). Sasaran objek terukur, 3). Alat ukur, dan 4). Prosedur pengukuran atau
Standart Operatioal Procedur/SOP. Petugas pengukur harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan terhadap karakteristik variabel yang diukur, mengetahui sifat sasaran objek
terukur bisa berupa orang hidup dan atau benda mati, mengetahui karakterstik alat ukur
misalnya kapasitas dan tingkat ketelitian alat, dan dapat mengoperasionalkan atau
menjalankan alat sesuai dengan manual atau pertunjuk operasionalisasi yang tersedia.
Alat ukur yang digunakan harus memenuhi persyaratan reliabilitas dan validitas. Alat
ukur yang digunakan harus mempunyai kepercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan,
konsistensi ,atau reliabilitas. Atau dengan kata lain digunakan beberapa kali menghasilkan
hasil yang rentangnya tidak berjauhan. Alat ukur juga harus sahih, artinya alat tersebut
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Sebagai contoh mengukur panjang
menggunakan meteran, mengukur berat menggunakan timbangan, mengukur isi atau
volume menggunakan literan (S. Anwar, 2003 dan I. Machfoedz, 2005). Dengan demikian
alat ukur fisika seperti meteran, thermometer, timbangan dan sebagainya umumnya sangat
reliabel dan valid karena sebelum dipasarkan alat tersebut telah dilakukan uji reliabilitas dan
validitas atau telah dilakukan validasi atau telah ditera. Sedangkan untuk alat ukur bidang
sosial seperti kuesioner ada yang sudah baku atau standard karena sudah dilakukan uji
reliabilitas dan validitas. Namun demikian masih banyak juga yang belum distandardisasi,
maka sebelum digunakan senagai alat ukur penelitian maka alat ukur tersebut perlu
dlakukan uji coba dan uji reliabilitas dan validitas. Apalagi jika instrumen atau kuesioner
tersebut dikembangkan sendiri maka sebelum digunakan mutlak dilakukan uji coba dan uji
reliabilitas dan validitas. Maka jelaslah mengapa suatu ukur yang dikatakan sebagai valid
guna pengambilan keputusan dapat saja sangat tidak berguna dalam pengambilan
keputusan lain bagi kelompok subjek yang lain. Agar validitas dan reliabilitas alat ukur tetap
terjaga dengan baik, alat tersebut harus dilakukan validasi atau distandarisasi/ditera secara
periodik ke Dinas Metrologi Kombinasi antara reliabilitas dan validitas hasil pengukuran
terlihat pada ilustrasi sebagai berikut:
128