Page 10 - EBOOK - BUKU INOVASI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED TREASURE HUNT LEARNING
P. 10

Model Problem Based Treasure Hunt Learning


                                                   PENDAHULUAN

                A.  Latar Belakang
                        Pendidikan  memiliki  peran  yang  sangat  penting  dalam  membentuk  karakter,
                    keterampilan, dan pengetahuan generasi penerus bangsa. Namun, memasuki abad ke-21,
                    sistem pendidikan dihadapkan pada berbagai tantangan kompleks yang menuntut adanya
                    transformasi menyeluruh dalam pendekatan pembelajaran. Salah satu tantangan utama
                    yang dihadapi adalah tuntutan global terhadap penguasaan keterampilan abad 21 seperti
                    berpikir  kritis,  kreativitas,  kolaborasi,  komunikasi,  dan  literasi  digital.  Sistem
                    pembelajaran  yang  hanya  menekankan  pada  penguasaan  konten  tidak  lagi  memadai
                    untuk menjawab kebutuhan dunia kerja dan kehidupan modern.
                        Perubahan global yang sangat cepat dalam bidang teknologi, ekonomi, budaya, dan
                    sosial  telah  mengubah  cara  hidup  dan  bekerja  masyarakat  secara  mendasar.  Dalam
                    konteks ini, pendidikan tidak lagi dapat mengandalkan pendekatan konvensional yang
                    hanya  menekankan  pada  penguasaan  konten  dan  hafalan  semata.  Paradigma
                    pembelajaran harus berubah secara signifikan agar mampu menyiapkan peserta didik
                    yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kompeten, adaptif, dan inovatif.
                        Permasalahan kompleks dalam pembelajaran muncul dari kesenjangan antara proses
                    pembelajaran di sekolah dengan tuntutan dunia nyata. Banyak pembelajaran yang masih
                    berpusat  pada  guru  (teacher-centered),  menggunakan  metode  ceramah,  dan  kurang
                    memberi  ruang  bagi  siswa  untuk  aktif,  berpikir  kritis,  dan  berkolaborasi.  Hal  ini
                    menghambat tercapainya kompetensi esensial abad ke-21, seperti berpikir tingkat tinggi,
                    kreativitas, kemampuan komunikasi, kolaborasi, dan literasi teknologi.
                        Isu  kontemporer  lain  yang  turut  memengaruhi  pembelajaran  adalah  rendahnya
                    motivasi belajar siswa di era digital. Generasi saat ini, yang dikenal sebagai digital native,
                    tumbuh dalam lingkungan yang serba instan, visual, dan interaktif. Pembelajaran yang
                    kaku, membosankan, dan tidak kontekstual menjadi tantangan besar karena tidak lagi
                    sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik masa kini. Akibatnya, banyak
                    siswa merasa tidak terlibat secara emosional dan intelektual dalam proses pembelajaran.
                    Selain itu pendidikan modern menuntut  adanya  pengembangan keterampilan berpikir
                    kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi—keterampilan yang dikenal sebagai 4C
                    (Critical thinking, Creativity, Collaboration, Communication).
                        Selain itu, disrupsi teknologi juga membawa tantangan baru dalam dunia pendidikan.
                    Meskipun teknologi telah banyak digunakan dalam pembelajaran, penggunaannya sering
                    kali  belum  optimal.  Banyak  guru  belum  mampu  mengintegrasikan  teknologi  secara
                    pedagogis, sehingga teknologi hanya digunakan sebagai alat bantu visual, bukan sebagai
                    sarana  untuk  membangun  pengalaman  belajar  yang  mendalam  dan  bermakna.
                    Keterbatasan literasi digital pada sebagian guru dan siswa juga menjadi hambatan dalam
                    inovasi pembelajaran.
                        Kurikulum yang padat dan orientasi pembelajaran yang masih berfokus pada capaian
                    akademik  juga  menjadi  kendala.  Pendidikan  sering  kali  diarahkan  hanya  untuk
                    memenuhi standar ujian atau nilai rapor, bukan untuk membentuk kemampuan berpikir
                    dan keterampilan hidup yang sesungguhnya. Dalam sistem yang seperti ini, pendekatan
                    pembelajaran  inovatif  kurang  mendapat  tempat,  karena  dianggap  tidak  efisien  atau

                                                                     Inovasi Pembelajaran Menyenangkan   x
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15