Page 104 - just duit_Spread
P. 104
Proses selanjutnya adalah ekspansi usaha ilegal. Setelah satu bi-
dang atau daerah proyek ilegal berlangsung secara aman terkendali,
mafia akan mengupayakan ekspansi ke daerah lain yang lebih luas
dengan bisnis yang sama, atau menambah lini produknya, misalnya
dari hanya perjudian menjadi plus prostitusi berbentuk night club,
atau plus peredaran narkoba, atau plus penyelundupan senjata, dan
Iain-lain, dsb. Dengan demikian proyek illegal para mafia menggurita
dan merambah ke mana-mana. Semakin hari, keberadaan dan keku-
asaan mereka semakin kuat, yang meliputi bukan hanya pejabat atau
penguasa daerah, namun juga sampai ke pusat.
Jika ada orang (pejabat) baru yang mencoba menegakkan hukum,
ia akan terganjal oleh hampir semua orang di lingkungannya, baik
dengan cara membocorkan rencana operasi, atau bahkan membiarkan
tersangka target operasi meloloskan diri ketika terjadi penggerebekan,
atau bahkan memberikan telepon atau surat sakti kepada petugas pe-
negak hukum agar membebaskan tersangka, sekalipun mafia tersebut
sudah berada di tahanan. Bahkan, jika penegak hukum itu tidak bisa
atau tidak mau diajak kompromi (menerima upeti), serta tidak takut
menghadapi teror, maka mafia akan mempergunakan otoritas te-
man-teman para pejabat penguasa untuk menggusur (mencopot) pe-
negak hukum yang idealis tersebut dari jabatannya, atau memin-
dahkannya ke daerah terpencil, agar tidak merecoki teamwork mafia-
pejabat.
Ingat, dengan dananya yang melimpah dan koneksi yang luas, pa-
ra mafioso bisa dengan mudah mencopot atau menaikkan pejabat di
banyak posisi di berbagai instansi, baik pusat maupun daerah, de-
ngan cara yang klasik: Beli, sogok, para pembuat keputusan agar me-
mutuskan seperti yang mafia inginkan. Istilahnya adalah money
politics. Jumlah pejabat pembuat kebijakan itu tidak banyak. Paling
banyak 1.000 orang per institusi dan per pengambilan keputusan.
Kalau masing-masing pejabat disuap seratus juta rupiah saja, totalnya
baru Rp. 100.000.000.000,-, dan itu adalah uang kecil bagi mafia.
Bahkan sekalipun harus menyuap masing-masing satu milyar rupiah,
totalnya masih relatif kecil, yakni hanya Rp. 1.000.000.000.000,-
(satu triliun) saja. Padahal, setelah kandidat pejabat penguasa yang
88

