Page 99 - just duit_Spread
P. 99
ada orang yang memang benar-benar buruh, atau mahasiswa, yang
tampil di barisan depan, padahai mereka hanya orang bayaran.
Harap maklum, saya bukan sedang mengajarkan perbuatan jahat,
melainkan sedang menyindir orang-orang yang pernah, sedang, atau
akan melakukan tindakan demo gadungan dengan cara-cara seperti
yang saya tulis ini, agar mereka malu, dan membatalkan niatnya.
Lagipula, ini bukanlah ide saya, melainkan analisis saja, dari berbagai
aksi demo yang pernah terjadi. Sebab, jika kita dengar dari buruh pa-
brik misalnya yang sedang mendemo perusahaannya dengan ancaman,
"Naikkan gaji 200 persen atau kami mogok kerja" (atau bahkan sam-
pai merusak atau membakar pabriknya) mereka sebenarnya tidak
mau mogok destruktif, karena mereka menyadari bahwa jika mereka
mogok dan/atau pabriknya sampai tutup—apalagi bangkrut—yang
rugi adalah mereka sendiri. Mereka jadi pengangguran, dan keluarga
terlantar. Namun mereka terpaksa melakukannya, karena mungkin
saja mereka diancam oleh orang-orang tertentu untuk berdemo.
Atau mereka hanya sekadar ikut-ikutan saja.
Ada berita yang lucu-lucu di era Indonesia baru ini. Demo dan
motonya bisa salah, karena tertukar-tukar, karena organisernya pada
hari yang sama menerima jobs untuk demo di dua tempat berbeda.
Bahkan organisernya didemo oleh pendemo yang ia kerahkan, kare-
na ia belum melunasi uang demo yang dijanjikan, padahai sudah le-
wat tenggat waktu. Ya, ya, itulah ironi-ironi di zaman "Indonesia Ba-
»
ru .
Jadi, menurut saya, seperti cerita di atas, bisa saja aksi-aksi demo
yang marak dan terjadi setiap hari itu memang diorganisir oleh
orang atau kelompok tertentu, untuk menggoyahkan dan atau
menghancurkan (pemerintahan) Indonesia. Coba simak, jika kota-
kota besar di Indonesia setiap hari diricuhkan dengan aksi demo
yang menjurus ke perbuatan anarkis, misalnya melawan aparat ke-
amanan dengan kekerasan, merusak fasilitas umum, dan bahkan me-
rusak atau menjarah milik masyarakat awam, bagaimanakah orang
bisa beraktivitas dengan baik, tenang dan produktif? Pengusaha lokal
selalu was-was dalam berusaha. Pengusaha dan turis asing gentar un-
tuk datang ke Indonesia.
Jika bisnis yang adalah sumber uang tidak berjalan, bagaimana
83