Page 70 - just duit_Spread
P. 70

Saya  mengamati  dan  menyelidiki  bahwa  faktor  dominan  (ke-
        banyakan,  dan  bukan  total  semuanya)  yang  menjadikan  seseorang
        sukses  dalam  hidup  memang  berawal  dari  adanya  harapan,  atau  tu-
        juan  hidup  (cita-cita)  yang  relatif besar  (apakah  menjadi  lebih  kaya,
        lebih  pandai,  lebih  terhormat,  lebih  berbahagia,  dan  Iain-lain)
        dibandingkan dengan kualitas dan nilai kehidupan sebelumnya.  Dari
        adanya  harapan  itu,  timbul  kemauan  untuk  mewujudkannya.  Jika
        individu tersebut percaya bahwa ia mampu nieraih cita-citanya itu,  ia
        akan berjuang—baik mengumpulkan informasi berupa pengetahuan
        ataupun  sumber  dana  atau  sumber  daya  lainnya—agar  harapannya
        terwujud.
           Jika  ada kesempatan,  harapan  tersebut  akan lebih  cepat  dan  lebih
        mudah   terwujud.  Jika  belum  ada  kesempatan,  konsistensi  dari
        perjuangan  itu  akan  dipengaruhi  oleh  faktor  seberapa  besar  keper-
        cayaan individu tersebut bahwa suatu hari harapannya akan terkabul.
        Jika  kecil,  atau  bahkan  jika  tidak  ada,  bisa  saja  belum  terbuka-
        nya  kesempatan  itu  membuat  impian/harapan  individu  tersebut  pu-
        dar atau  hilang,  dan  ia dikatakan  gagal  dalam  mewujudkan  cita-cita-
        nya.
           Jika  kepercayaannya  tetap  besar,  dan  ia  tetap  konsisten  mem-
        perjuangkannya,  bisa  saja  suatu  hari  kelak—cepat  atau  lambat—
        kesempatan  akan terbuka  (atau  bisa saja ia menciptakan kesempatan
        atau  diberikan  kesempatan  oleh  individu  lain  yang  terpesona karena
        kegigihannya).  Alternatif lain,  bisa  saja  bahwa  sampai  individu  ter-
        sebut  meninggal  dunia,  harapannya  tetap  tidak  terwujud,  karena
        tidak  ada  kesempatan,  bagaimanapun  kerasnya  ia  telah  percaya  dan
        berjuang.
           Ada  sekian  banyak  pengalaman  dan  sejarah  kehidupan  manusia
        membuktikan   bahwa  ungkapan,  "Apa  yang  ditabur  akan  dituai,"  se-
        sungguhnya   secara  empiris-praktis  tidak  benar,  atau  tidak  selalu
        benar.  Petani tentu setuju dengan pernyataan  saya ini,  karena bisa sa-
        ja  petani  telah  menabur  benih  secara  benar  dan  mengurusnya  secara
        benar  dengan  jerih  payah,  namun  kemudian  ia  tidak  mendapatkan
        hasil  panen  seperti  yang  seharusnya,  entah  karena  tanamannya  mati
        diserang  kemarau  panjang  atau  banjir  bandang,  atau  bencana  alam



                                       54
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75