Page 114 - S Pelabuhan 15.indd
P. 114
Menurut sejarahnya, kota Sibolga sekarang dulunya merupakan bandar kecil di tepi
teluk Tapian Nauli di Desa Poncan Ketek, sebuah pulau kecil yang letaknya tidak
jauh dari kota Sibolga sekarang. Bandar kecil ini dibangun pada sekitar abad ke-
18 dengan penguasanya bergelar Datuk Bandar. Kemudian pada masa pemerintahan
Hindia-Belanda, pada sekitar abad ke-19, bandar kecil yang terletak di sebuah
pulau ini dipindahkan ke daratan Sumatera, yaitu di Sibolga untuk menggantikan
Bandar Poncan Ketek. Karena letaknya mendekati sumber alam dan sumber air
yang merupakan sumber perbekalan bagi kapal yang berlabuh, Bandar Sibolga ini
lama kelamaan berkembang menjadi sebuah bandar yang besar, kota pelabuhan dan
perdagangan.
Hingga tahun 1920 Sibolga bernama Onderafdeeling Sibolga en Ommelanden berada
di bawah Risidentie Tapanuli yang pusat pemerintahannya berada di Sibolga. Kapal-
kapal yang datang dari arah barat, terutama dari Eropa merapat di pelabuhan ini.
Sebagai contoh misalnya para misionaris dan zending dari Jerman mendarat di
Sibolga sebelum melanjutkan tugasnya di Nusantara.
5.4.4 Padang
Di wilayah Sumatera Barat, khususnya Padang terdapat dua pelabuhan. Sebuah
terletak di muara sungai, yaitu pelabuhan Muaro (Padang), dan sebuah lagi terletak
di sebuah teluk yaitu Teluk Bayur atau Teluk Padang (dahulu Koninginne Baai atau
Emmahaven).
Pelabuhan Muaro (Padang) terletak di muara sungai Padang dimana pada muaranya
“terhalang” oleh sebuah bukit kecil yang dikenal dengan nama Gunung Monyet
(dahulu Apenberg) yang tingginya ± 108 Meter d.p.l.). Sungai ini mengalir sejak dari
hulu hingga muara sepanjang tidak lebih dari 25 km. Di sekitar muara dimanfaatkan
sebagai pelabuhan kapal-kapal yang berukuran kecil. Gunung Monyet melindungi
Muaro dari angin laut dan gelombang kuat Samudera Indonesia. Meskipun Muaro
merupakan sebuah pelabuhan yang ideal, namun kapasitas kapal yang berlabuh
sangat terbatas.
Sejak ditemukannya kapal uap yang berukuran besar dan tambang batubara di
102 Sawahlunto dan Ombilin, kapasitas pelabuhan Muaro Padang dianggap sudah tidak