Page 263 - S Pelabuhan 15.indd
P. 263
ATLAS PELABUHAN-PELABUHAN BERSEJARAH DI INDONESIA
Selain itu, Pelabuhan Ampenan berada di tengah-tengah jalur perdagangan panjang
di Asia, diantara Australia-Singapura-Bengalen (India) dan jalur Australia-Manila-
Cina. Sejak tahun 1840 muncul suatu masa baru dalam dunia perdagangan di Asia.
Pada tahun itu, Inggris telah meluaskan kekuasaannya sampai di India dan
kedudukannyaberada pada titik pusat untuk mengadakan hubungan dagang dengan
Cina.
Tanah di bagian tengah cukup subur sebagai tanah pertanian dan peternakan dengan
hasil komoditi beras, jagung, kacang-kacangan, serta hewan ternak seperti sapi,kerbau,
dan kambing. Pulau Lombok juga memiliki pelabuhan lain di pantai barat (Pelabuhan
Tanjung Karang, Labuhan Tering dan Pedang Rhea), di pantai timur (Pelabuhan Piju,
Teluk Lombok, dan Labuhan Haji).
Jaringan transportasi terbaik di Lombok adalah jalan yang menghubungkan Piju
dengan Ampenan dan Mataram. Dari Ampenan ke arah utara dan sepanjang pantai
utara Pulau Lombok terdapat banyak pelabuhan kecil seperti Tluk Rombeh, Teluk
Dalam, Labuhan, Buyuk, Tuban, Seisait, Bayan, Labuhan, Bira, Labuhan Carik dan
Teluk Sugian.
Pada tahun 1840, Pelabuhan Ampenan dijadikan pusat kegiatan perdagangan di
Lombok oleh Kerajaan Mataram. Pelabuhan ini berorientasi ekspor dan impor.
Melalui Ampenan, beras komoditi dagang terbesar diekspor ke Manila, Cina,
Bourbon, Mauritus dan daerah-daerah di Nusantara seperti Jawa, Madura, dan
Makasar. Babi dan daging kering juga dikirim ke Sumbawa, Bima, dan Timor.
Komoditi impor berupa amunisi, senjata, candu, dan minuman keras yang didatangkan
dari Singapura dan Bengalen (India). Emas dan perak diimpor dari Mauritius dan
Bourbon. Sedangkan ikan, kayu cendana, teripang, dan penyu didatangkan dari
Sumbawa, Bima, Timor, Makasar, dan Maluku.
Kegiatan ekspor-impor ini menurun ketika terjadi pemberontakan Praya (1855-
1894) dan ekspedisi militer Belanda (1894). Pelabuhan Ampenan kemudian kembali
ramai dengan dikeluarkannya kebijakan oleh pemerintah kolonial di Batavia bahwa
pelabuhan-pelabuhan di Nusantara yang telah dikuasai pemerintah kolonial harus
dimanfaatkan untuk kepentingan Belanda.
251