Page 301 - S Pelabuhan 15.indd
P. 301

ATLAS  PELABUHAN-PELABUHAN  BERSEJARAH  DI  INDONESIA







            Begitu juga etnik Lio di Ende memiliki legenda yang mirip dengan Dewi Sri.

            Menurut kisah tradisi lisan tersebut diceritakan bahwa padi tumbuh dari bagian
            tertentu dari tubuh seorang gadis yang membiarkan tubuhnya dibunuh karena iba
            terhadap manusia yang kelaparan karena sudah lama tidak makan nasi. Gadis itu
            dikenal dengan nama Ine Mbu. Sampai saat ini dalam masyarakat Lio dikenal jenis

            padi (pare dalam bahasa Lio) lokal, yakni pare mbu, pare ndale dan pare sipi. Ndale
            dan sipi dalam legenda rakyat Lio di kenal sebagai saudara dari Ine Mbu.


            Cerita tentang asal-usul padi tersebut menunjukkan bahwa pertanian padi umum
            dilakukan di wilayah dengan sumber air yang cukup, atau di musim penghujan. Selain
            itu masyarakat juga mengadakan beberapa upacara untuk melakukan penanaman
            padi dan jagung.


            Pelabuhan inilah yang menjadi pintu gerbang penjualan atau pertukaran hasil bumi
            dan hutan Flores dengan barang-barang dari luar pulau atau dari tempat yang lebih
            jauh, seperti Malaka, dan Makassar. Pelabuhan Ende termasuk pelabuhan yang ramai

            karena perdagangan antar pulau. Penduduk Ende merupakan penduduk campuran
            antara orang Makasar dan penduduk lokal membuat etos dagang mereka sangat
            tinggi. Dominasi orang Ende ini terutama terjadi dalam perdagangan di Pulau

            Sumba. Dalam tulisannya J. Francis menyebutkan orang-orang Ende memonopoli
            perdagangan di Sumba dan bahkan memerangi suku-suku lain yang hendak memasuki
            daerah perdagangan mereka.


            Dominasi orang Ende atas perdagangan di wilayah Sumba membuat pemerintah
            Belanda sulit untuk melakukan kegiatan dagang mereka sehingga tahun 1838 dengan
            alasan untuk menghapuskan perdagangan budak, pelabuhan Ende diserang dan
            diduduki. Setelah itu muncul kekuatan baru dalam perdagangan di Ende, justru

            di pelopori oleh Residen Timor, Gronovius. Dengan bekerjasama dengan seorang
            pedagang Arab, Syarif Abdulrahman, mereka mengendalikan perdagangan di Ende.
            Selain ingin mendapatkan hasil-hasil hutan, seperti lilin lebah, kayu cendana dan
            sarang burung, Syarif Abdulrahman bekerjasama dengan para penguasa Sumba untuk

            mengembangkan perdagangan ternak, terutama kuda.

            Menurut laporan Residen Timor kepada Gubernur Jenderal tanggal 20 Januari 1839,

            Pelabuhan Ende merupakan pelabuhan dagang yang ramai dikunjungi oleh kapal-
            kapal. Selain itu orang Ende juga mengembangkan pelayaran dan perdagangannya
                                                                                                               289
   296   297   298   299   300   301   302   303   304   305   306