Page 300 - S Pelabuhan 15.indd
P. 300
17.6 Pelabuhan Ende, Flores Selatan
Sebagai pulau yang banyak memiliki teluk, di Flores terdapat beberapa pelabuhan
yang banyak dikunjungi oleh perahu-perahu dagang. Pelabuhan-pelabuhan itu antara
lain : Bari, Pota Manggarai (sebelah barat Flores), Gelitting di Sikka (pantai utara
tengah), Maumere di bagian utara, Larantuka di pantai timurlaut, dan Ende kota
pelabuhan di pantai selatan.
Pelabuhan Ende letaknya sangat strategis karena berada di tengah kawasan dalam
Laut Sawu yang menghubungkan daerah luar kawasan dengan daerah dalam kawasan.
Seperti hubungan pelayaran dan perdagangan dengan pelabuhan-pelabuhan di Pulau
Sumba, Sawu, Flores Timur, Kepulauan Solor-Alor , Rote dan Pelabuhan Kupang.
Potensi pedalaman Ende dan sekitarnya banyak menghasilkan beras, jagung, umbi-
umbian, sarang burung dan kelapa. Selain itu pelabuhan Ende juga menjadi pangkalan
selain pedagang Ende, juga pedagang Bugis dan Makasar. Sehingga Pelabuhan Ende
juga mendapatkan barang dagangan dari tempat-tempat lain berupa budak, teripang,
kuda, gading gajah, kain katun, sutera, peralatan gerabah, alat-alat logam, kulit penyu
dan kayu cendana. Komoditas perdagangan tersebut yang kemudian dipertukarkan
ke seluruh kawasan wilayah di Laut Sawu dan juga kepada pedagang Bugis, Makasar,
Jawa, Melayu dan juga kepada pedagang asing asal Cina dan Eropa (Belanda, Inggris,
Perancis).
Pelabuhan Ende sejak abad ke-16 telah memainkan peranan penting dalam
perdagangan lokal, regional dan internasional. Sampai abad ke-19, Pelabuhan Ende
masih menjadi pusat perdagangan terpenting selain Larantuka, Waingapu dan
Kupang.
Sebagai wilayah yang juga menghasilkan padi, masyarakat Ende dan sekitarnya
membudidayakan padi gogo. Meski secara umum kondisi tanah dataran di Flores
relatif kecil dibandingkan dengan daerah pegunungan, namun di beberapa daerah,
masyarakat menggunakan tanahnya untuk ditanami padi. Seperti halnya penduduk
Pulau Jawa yang mengolah padi sawah di lahan yang luas dan subur di sepanjang
aliran sungai dan tepian laut, mereka mengenal tokoh seperti Dewi Sri sebagai dewi
padi. Terkait tentang budi daya padi tersebut masyarakat memiliki cerita-cerita lisan
yang menggambarkan keadaan tersebut.
288