Page 307 - S Pelabuhan 15.indd
P. 307

ATLAS  PELABUHAN-PELABUHAN  BERSEJARAH  DI  INDONESIA







            Pulau Rote terletak di bagian ujung baratdaya pulau Timor yang memiliki panjang

            80 km dan lebar 25 km. Pulau ini termasuk dataran yang rendah dan kering.
            Penduduknya hidup dari perkebunan, menyadap nira, peternakan, dan perikanan di
            lepas pantai. Sejak pertengahan abad ke-17 masyarakat pulau Rote sudah menjalin
            hubungan dengan VOC. Kontrak-kontrak dilakukan antara penguasa lokal di Rote

            dengan  VOC mulai tahun 1662, 1690, 1700, dan 1756. Sejak perjanjian yang
            terakhir , pulau ini terbagi atas  Delapan Belas wilayah Kekuasaan (Nusak), yang di
            akui oleh VOC. Para penguasanya oleh VOC disebut Koning atau Raja, atau oleh
            Orang Rote di sebut Manek.


            Penyebaran agama Kristen Katolik di Rote dimulai pada awal abad ke-18. Orang yang
            pertama masuk Kristen adalah Manek dari Daerah Th  ie pada tahun 1729. Pada abad
            ke-19 sebagian orang Rote sudah memeluk agama Kristen Katolik. Pada saat yang

            bersamaan sistem pendidikan sudah diberlakukan sejak 1735. Ada hal yang cukup
            menarik bahwa mereka mengenal bahasa Melayu secara luas karena bahasa Melayu
            ini dipergunakan sebagai bahasa di Sekolah dan dalam administrasi Pemerintahan

            Hindia Belanda di Rote.

            Dalam tradisi lisan yang dikenal oleh Masyarakat Rote, mereka mengenal apa yang

            disebut dengan Tutui teteeka (kisah nyata). Dikisahkan  adanya seorang Nusak di Tola
            Manu  yang melawan Kompeni Belanda dan juga di kisahkan adanya keterangan
            tentang ramainya pelabuhan dagang di  Tola Manu. Kisahnya sebagai berikut :
            Pulau Rote menamakan Nusak Tola Manu, ‘Nusak yang membantai kompeni’ (
            nusak manatati koponi) sebelumnya nusak tola manu disebut Koli Oe Do Buna Oe,

            Kemudian di pendekkan menjadi Koli do Buna …….. dikatakan bahwa ketika koli
            do buna masih merupakan pelabuhan besar, perahu dagang tidak pernah berhenti
            berdagang mengunjungi Rote dan mereka biasanya berlabuh di Kota Leleuk; Orang

            Buton, Makasar, Solor, Sawu, dan Ndau pergi dan datang.

            Dengan demikian dari cerita  Teteek tersebut digambarkan juga adanya pelayaran
            dan perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Buton, Makasar, Solor dan Sawu

            dengan menyinggahi pelabuhan di pulau Rote. Selain itu juga dalam catatan orang
            Belanda N. Graafl and dalam kunjungannya ke Rote tahun 1887 mencatat kesan-
            kesannya tentang seorang manek yang bernama Kila Muskanan. Dia memerintah
            1876-1887. Dia mempunyai nama Kristen Stephanus  Paulus  Amalo. Graafl and

                                                                                                               295
   302   303   304   305   306   307   308   309   310   311   312