Page 312 - S Pelabuhan 15.indd
P. 312
Sebelum tahun 1885, di Maumere telah dibangun sekolah standar oleh Bruder Amatus
van der Velden untuk putera-puteri pribumi. Sekolah dimulai oleh para Suster van
Liefde (sintakasih) bagi wanita atas bantuan raja. Pada tanggal 12 September 1895
Raja Jatti (Raja Andreas Mo’ang Jatti da Silva) datang mengantar 28 anak wanita dari
Sikka untuk bersekolah di Maumere. Diantaranya anak-anak Lepo Gete.
Pada tanggal 26 Februari 1896 dibangun tiang pertama untuk istana raja Sikka di
Maumere oleh para tukang dari Makasar serta Bonarate. Maumere semakin dipadati
oleh para pedagang Cina, Bugis, Selayar, dan sebagainya. Dalam hal ini, raja Sikka
harus mengatur serta menertibkan kota, mengurus pembagian tanah untuk sekolah,
untuk misi, untuk toko dan pasar, untuk orang luar dan sebagainya. Juga agar
keamanan di pelabuhan terjamin.
Tokoh Cina yang terkenal saat itu seperti Tan Khe King, Tan Ke Kang, Tan Ke Seng,
Yap tie tie, Liem A Poh, Liem Tung King, Tan Kunhui, dan sebagainya. Mereka diberi
tempat di pelabuhan sekarang. Untuk mereka ditunjuk sebagai seorang wijkmeester
yang sederajat dengan kepala desa. Ia membawahi semua warga yang disebut Vremde
Oosterlingen atau Timur Asia.
Rumah-rumah dibangun dengan beraturan sepanjang jalan lurus dari utara ke selatan
menuju Wolongbetang (bukit Potong). Mula-mula diatur jalur-jalur jalan dalam
kota, kemudian dibagi untuk kompleks perumahan seperti kantor HPB dan Raja
di tengah lapangan Tugu, di samping barat toko-toko, samping kiri toko, sebelah
selatan penjara, pasar, di sebelah jembatan rumah Posthouder (Gezaghebber). Selain
itu didirikan dekat kantor HPB (Lapangan tugu) Landscap Woning artinya Rumah
Landscap (kerajaan) bagi para pegawai.
Pada 23 Januari 1905 dibangun tiang-tiang untuk penjara (lembaga pemasyarakatan)
yang terus bertambah. Ada yang dari kampung-kampung, ada yang dari Timor, dari
Ende, dan dari Sumba. Menurut kebiasaan masa lalu, para penjahat hanya ditahan
beberapa lama di halaman istana Raja, dan dijaga oleh orang-orang yang kuat. Mereka
dijemur dipanas atau diikat dengan tali. Kemudian dilepas kembali karena tidak ada
penjara atau rumah bui. Namun selesai penjara, sudah ada tata tertib untuk para
hukuman dengan kerja tetap di dalam kota untuk membersihkan kota, menyapu
jalan, menutupi rawa-rawa yang masih ada dekat pelabuhan dan kantor pemerintah
(lapanganTugu).
300